Flag Counter

Friday, December 21, 2012

Ini Penyebab Sukhoi Tabrak Gunung Salak


ANTARA/Widodo S. Jusuf/wt
 
JAKARTA--MICOM: Komisi Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) mengumumkan hasil investigasi kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100 (SSJ 100) di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat.

Salah satu hasil investigasi menemukan bahwa pesawat SSJ 100 tidak dilengkapi dengan peta topografi wilayah Bogor.

"Tabrakan sebenarnya bisa dihindari, apabila setelah 24 detik pilot melakukan belok kiri sesuai warning TAWS dan itu masih berfungsi dengan benar," kata investigator KNKT Kapten Nurcahyo dalam jumpa pers tentang laporan final investigasi KNKT untuk kecelakaan Sukhoi di kantor KNKT, Jakarta, Selasa (18/12).

TAWS (Terrain Awareness and Warning System) merupakan instrumen peringatan dini dalam pesawat untuk menghindari rintangan yang berada di depan. TAWS yang berbunyi saat SSJ 100 terbang malah dimatikan pilot.

Pilot juga diketahui sedang berbincang dengan salah satu calon pembeli yang masuk ke dalam kokpit.

"Ada enam warning dari TAWS kemudian dimatikan pilot. Seharusnya kalau dia belok kiri tidak terjadi," kata Nurcahyo.

Ketua KNKT Tatang Kurniadi menambahkan, SSJ 100 tidak dilengkapi peta topografi wilayah Bogor.

"Peta yang tersedia pada pesawat tidak memuat informasi mengenai area Bogor sebagai area latih pesawat militer maupun kontur dari pegunungan sekitarnya," kata Tatang di tempat yang sama.

Pesawat terbang dengan ketinggian 10 ribu kaki selama 30 menit. Pesawat juga sudah memiliki bahan bakar yang cukup untuk terbang selama 4 jam.

"Wilayah yang diizinkan untuk penerbangan ini adalah di area Bogor. Sementara itu pilot mempunyai asumsi bahwa penerbangan itu telah disetujui," katanya.

Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Yurievich Galuzin berkeyakinan hasil investigasi objektif, meskipun investigasi dilakukan selama 7 bulan, lebih cepat dari target 12 bulan.

"Saya berkeyakinan bahwa investigasi sesuai dengan standar-standar internasional. Hasilnya telah diterima semua pihak yang terlibat, Indonesia, Rusia, Amerika, dan Prancis," ujar Galuzin.

Ia juga mengatakan laporan hasil investigasi akan memberikan rekomendasi-rekomendasi terkait dunia penerbangan.

"Misalnya, perbaikan sistem, perbaikan otorita, serta badan yang bersangkutan, juga keselamatan penerbangan," katanya.

Galuzin juga berharap kecelakaan pesawat Sukhoi SJ 100 tidak memengaruhi hubungan bilateral Indonesia-Rusia, terutama mengenai pengadaan pesawat Rusia di Indonesia.

Pesawat Sukhoi SJ 100 jatuh setelah menabrak tebing di areal Gunung Salak Bogor pada 9 Mei 2012. Sebanyak 45 orang yang ada di pesawat tewas, termasuk 8 warga negara Rusia yang merupakan awak pesawat Sukhoi.

Pesawat Sukhoi SJ 100 telah memiliki sertifikasi dari Eropa dan Indonesia. Dalam waktu dekat, pesawat Sukhoi jenis ini akan dikirimkan ke Indonesia.

Pemesannya ialah maskapai penerbangan Indonesia, Sky Aviation, yang telah memesan 12 pesawat Sukhoi SJ 100.

No comments:

Post a Comment