Flag Counter

Tuesday, May 21, 2013

Accident: Emirates B773 near Singapore on May 17th 2013, turbulence injures 13

A Emirates Airlines Boeing 777-300, registration A6-EBP performing flight EK-358 from Dubai (United Arab Emirates) to Jakarta (Indonesia) with 374 passengers, was enroute at FL350 about 30nm southwest of Singapore (Singapore) at approximately 22:45L (14:45Z) when the crew decided to divert to Singapore after the aircraft had encountered turbulence causing injuries to 10 passengers and 3 cabin crew. The aircraft landed safely on runway 02C about 30 minutes after the decision to divert. The injured were taken to hospitals, one of the flight attendants was diagnosed with a serious injury to to the cervical vertebra, the others were released after minor injuries were treated.

The aircraft was able to continue to Jakarta after about 18 hours on the ground and reached Jakarta with a delay of 19 hours.

The injured passengers were rebooked onto other airlines' flights.

Passengers reported the aircraft was flying over Nicobar Islands when the aircraft encountered turbulence causing the injuries and prompting the diversion to Singapore to take care of the seriously injured flight attendant.

Infrared Satellite Image MT-SAT May 17th 2013 15:00Z (Graphics: AVH/MTSAT):


Infrared Satellite Image MT-SAT May 17th 2013 15:00Z (Graphics: AVH/MTSAT)





http://avherald.com/h?article=4628ec77

Turbulensi Emirates, Penumpang: Pesawat Seperti Disedot

Jakarta - Pesawat Boeing 777 milik maskapai Emirates dengan nomor penerbangan EK 358 take off dengan mulus dari bandara Dubai dengan tujuan Jakarta. Penerbangan berlangsung baik-baik saja tanpa gangguan, sampai akhirnya pesawat melintas di langit dekat Kepulauan Nicobar, Samudra Hindia.

Cuaca berubah menjadi tidak bersahabat. Kilatan-kilatan halilintar beberapa kali terlihat menerangi langit dan gumpalan awan yang bergulung-gulung seperti kapas hitam. Tanda peringatan untuk memakai sabuk pengaman yang terletak di atas kursi penumpang menyala, pesawat pun sudah mulai berguncang-guncang.

Sampai akhirnya pesawat memasuki awan hampa udara, horor pun terjadi. "Tiba-tiba pesawat drop. Seperti tersedot ke bawah selama 3-4 detik," tutur salah satu penumpang Heru Tjatur kepada detikcom, Sabtu (18/5/2013).

Beberapa penumpang berteriak ketakutan mengira pesawat akan jatuh. Ada lagi yang sebagian terlempar dari kursi karena belum sempat mengenakan sabuk pengamannya. Masker-masker oksigen darurat terbuka menggantung di depan setiap penumpang.

"Di depan saya ada penumpang berdiri mau ke toilet terlempar hampir kejedot atap," kisah Heru.

Pramugari yang sedang melayani penumpang pun ikut terlempar karena kejadian itu. Beberapa penumpang dan pramugari kebanyakan terluka akibat benturan di daerah kepala dan tangan.

Kejadian itu begitu cepat dan mendadak. Banyak penumpang maupun awak tidak mengira pesawat akan drop sedemikian rupa. Akhirnya selain banyak yang terluka, beberapa penumpang pun terlihat stress karena kejadian itu.

"Setelah itu suasananya tegang sekitar sejam sampai akhirnya mendarat di Changi," jelas Heru.

Pilot memutuskan melakukan pendaratan darurat di Bandara Changi, Singapura, untuk mengobati penumpang dan pesawat yang terluka. Hingga pukul 13.00 WIB penumpang yang hendak ke Jakarta masih tertahan di Changi.

Belum ada keterangan resmi dari pihak Emirates soal kejadian ini. Termasuk soal kabar yang menyebutkan sekurangnya ada 13 orang yang terluka, salah satunya mengalami luka di bagian leher.


detik.com

Alami Turbulensi, Pesawat Emirates Digrounded di Bandara Changi

Jakarta - Pesawat Emirates nomor penerbangan EK 358 dilarang terbang setelah mengalami turbulensi dalam perjalanan dari Dubai ke Jakarta. Akibat turbulensi itu, 10 penumpang dan 3 awak kabin cedera.

Salah satu penumpang, Heru Tjatur mengatakan pesawat tidak mendapat izin terbang setelah mendarat di Bandara Changi, Singapura. "Staf dan awak pesawat memberikan penjelasan bahwa pesawat tidak mendapatkan clearance terbang dan semua penumpang transit di Singapura," katanya kepada detikcom, Sabtu (18/5/2013).

Penumpang kecewa karena pihak maskapai lamban memberi penjelasan terkait perjalanan lanjutan ke Jakarta. Hingga pukul 12.00 waktu Singapura, sekitar 200 penumpang masih berada di Bandara Changi.

"Banyak di antara mereka yang harus melakukan penerbangan lanjutan dari Jakarta," kata Heru.

Belum diketahui apakah penumpang saat ini sudah diterbangkan ke Jakarta. Pihak maskapai Emirates belum dapat dihubungi detikcom.

Pesawat B777 300 berangkat dari Dubai menuju Jakarta pukul 11.55 waktu Dubai. Pesawat mengalami turbulensi saat berada di dekat Kepulauan Nicobar, Samudera Hindia. "Pesawat masuk di ruang hampa dan mengalami drop selama 3-4 detik," kata Heru.

Saat pesawat mendekati Bandara Changi, pilot mengumumkan untuk mendarat. Alasannya awak kabin yang cedera harus segera mendapatkan penanganan medis.

"Salah satu awak kabin mengalami cedera serius pada tulang lehernya dan perlu mendapatkan perawatan medis," tuturnya.

Setelah pesawat mendarat, semua penumpang dan awak kabin yang mengalami cedera langsung menjalani pemeriksaan medis. Selanjutnya, otoritas penerbangan Singapura melakukan pemeriksaan fisik pesawat.



detik.com

New Photos: First Boeing 777-300 ER for Garuda Indonesia In Full Livery [ PK-GIA ]























source: flickr

Epic AvGeek Photo: Garuda Indonesia’s First Boeing 777-300ER in Full Livery

http://www.airlinereporter.com/2013/05/photo-garuda-indonesias-first-boeing-777-300er-in-full-livery/



Pesawat Malaysia Airlines Nyaris Mendarat di Bandara Kuala Namu

I-INEWS, MEDAN – Bandara Kuala Namu belum dioperasikan karena masih dalam tahap pembenahan akhir.
Namun, sebuah pesawat maskapai Malaysia Airlines (MAS) nyaris menjadi pesawat yang mendarat pertama sekali di bandara itu.
Hal itu bermula dari ‘nyasar’nya pesawat itu yang semestinya mendarat di Bandara Polonia. Kejadian itu terjadi pada Sabtu (18/5) pukul 15.30 WIB. Pesawat tersebut berangkat dari Kuala Lumpur dengan tujuan Bandara Polonia, Medan.
Ketika menyadari salah bandara, pesawat itu urung mendarat dan berbalik ke Polonia.
Belum diketahui penyebab persis nyasarnya pesawat tersebut. Namun, dugaan sementara karena mulai berfungsinya radar bandara Kuala Namu dan terbaca sebagai Bandara Polonia.
Kepala Otoritas Bandara Udara Wilayah II Abdul Hani membenarkan kejadian tersebut. Namun, dia juga tidak bisa memastikan penyebab nyasarnya pesawat itu.
Dia mengatakan, pesawat MAS tersebut tidak sempat mendarat melainkan hanya sempat melakukan approach pendaratan. Begitu menyadari bandara yang dituju salah, pesawat naik lagi dan melapor ke Air Traffic Control (ATC) Bandara Polonia dan kembali ke Polonia.
“Kemungkinan terjadinya kesalahan itu karena antara Kuala Namu dan Polonia berada dalam satu jalur dan koordinatnya hampir sama. Selain itu jaraknya hanya sekitar 5 nautical mile dengan status radar keduanya sama-sama aktif. Tapi apapun itu, saya tidak mau berspekulasi,” jelas dia.,
Pada saat kejadian, para pekerja sempat terkejut karena tiba-tiba mendengar deru suara mesin pesawat.
Namun, dari informasi yang beredar, pesawat MAS bukanlah pesawat pertama. Sejumlah pesawat dari berbagai maskapai juga telah melakukan ‘kesalahan’ serupa. 


http://indonesiainfrastructurenews.com/index.php/opini/5175-pesawat-malaysia-airlines-nyaris-mendarat-di-bandara-kuala-namu 

Garuda Tetap Pesan 10 B-777-300

Jakarta – PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) yang merupakan salah satu maskapai berpelayanan full service di Indonesia, tidak mengurungkan niatnya untuk memesan pesawat Boeing 777-300 Extended Range (ER).  Walaupun pesawat jenis tersebut mengamami sejumlah permasalahan.

Vice President Corporate Communications Garuda, Pujobroto, menuturkan bahwa pihaknya sudah mengetahui kalau pesawat sejenis yang dipesannya mengalami permasalahan yakni di maskapai Air China dimana salah satu mesin pesawat tiba-tiba mati. “Dan memang ada pemberitahuan dari pihak Boeing dan General Electric menyangkut engine-nya atau istilahnya service bulletin atau pemberitahuan kepada customer-nya yang memesan 777. Akan tetapi punya kami baru akan delivered pada akhir Juni,” ungkap Pujo di Jakarta, baru-baru ini.

Sehingga, lanjut Pujo, pesawat yang dipesannya sekarang masih berada di pabrik Boeing dan sedang dilakukan pengecekan serta pemeriksaan terkait bagian-bagian yang dinyatakan bermasalah tersebut. “Kita tentu tidak akan menerima sampai hal yang menjadi concern itu sudah diperiksa dan diselesaikan. Akan tetapi apakah kami akan membatalkan?, itu kan hal yang masih dicek jadi kita lihat perkembangannya,” jawab Pujo.

Sejauh ini, Pujo berharap tidak akan ada masalah terhadap pemesanan pesawatnya tersebut dan ia berujar bahwa pihaknya tidak akan menerima sebelum hal yang menjadi masalah terselesaikan.

Seperti yang sudah diketahui, maskapai pelat merah ini memesan 10 unit Boeing tipe 777-300 ER dengan masa pengiriman hingga 2015. Pada Juni mendatang, dua unit pesawatnya direncanakan akan tiba, diikuti dua unit lagi pada November mendatang. “Tahun ini ada empat yang akan datang, enam lagi akan datang hingga 2015,” imbuhnya.

Dua unit yang akan datang pada Juni akan dipakai Garuda untuk rute penerbangan ke Jeddah untuk keperluan haji. Rencananya, pesawat yang berkapasitas sekitar 314 penumpang, akan dioperasikan Garuda dengan pelayanan first class.

Boeing 777 adalah pesawat angkut besar untuk menempuh rute jarak jauh. Pesawat ini bisa mengangkut 300 - 550 penumpang dengan jarak 5.235 - 9.380 nautical miles atau sekitar 9.695 - 17.370 kilometer.


 http://www.beritasatu.com/nasional/115093-garuda-tetap-pesan-10-b777300.html#

Alasan Pesawat Malaysia Nyaris Mendarat Di Kuala Namu

JAKARTA – Pilot senior Garuda Indonesia, Capt.Darwis Panjaitan, menilai ada tiga hal yang dapat dilakukan untuk mengetahui mengapa pesawat Malaysia Airlines (MAS) nyaris mendarat di Bandara Internasional Kuala Namu. Padahal bandara tersebut belum resmi beroperasi.

Menurutnya, dalam melakukan pendaratan pilot biasanya mengacu pada tiga instrumen. Salah satunya berdasarkan navigasi instrumen. “Navigasi instrumen ini merupakan alat yang dipasang di sebuah bandara. Dia akan memancarkan frekwensi signal. Dan tiap pesawat akan menangkap signal tersebut,” katanya kepada koran ini di Jakarta, Senin (20/5) malam.

Namun dalam hal ini, kalau pun di Bandara Kuala Namu sudah terpasang navigasi instrumen, sebelum penggunaan bandara diresmikan, alat tersebut menurut Darwis belum boleh dipakai. “Saya kira alat ini belum ada di Bandara Kuala Namu. Karena biasanya dari semua fasilitas yang ada di bandara, alat ini dipasang paling akhir. Tapi bisa saja jangan-jangan alat ini sudah dipublish. Nah kalau itu terjadi, berarti kesalahan ada di Departemen Perhubungan,” katanya.

Hal yang kedua, seorang pilot akan melakukan pendaratan berdasarkan penglihatan (full visual). “Biasanya, pilot-pilot internasional jarang melakukan ini. Tapi kalau pesawat-pesawat kecil dengan medan seperti di pedalaman, biasa digunakan,” katanya. Model pendaratan dengan menggunakan metode ini menurut Darwis, juga harusnya tidak terjadi. Karena hanya dipakai jika seorang pilot telah benar-benar menguasai suatu daerah. “Jadi tidak turun begitu saja. Kalau ini yang terjadi (terhadap nyaris mendaratnya MAS,red), maka murni kesalahan pilot,” katanya.

Sementara terkait hal ketiga, seorang pilot akan mendaratkan pesawatnya dengan tuntunan pengatur radar atau yang disebut Air Traffic Control (ATC). Biasanya jika metode ini berjalan dengan baik, Darwis memastikan tidak akan terjadi kesalahan. Karena pesawat benar-benar dipandu mendarat di bandara yang tepat. “Kalau ini yang terjadi, berarti kesalahan ada di otorisasi. Artinya tidak memandu dengan benar. Tapi bisa juga yang terjadi itu sang pilot saat itu dipandu, dan pada saat itu posisi pesawat berada tidak jauh dari Bandara Kuala Namu. Sehingga ia berpikir bandara tersebut Polonia,” katanya.

Namun begitu Darwis tidak ingin berandai-andai lebih jauh. Ia hanya menyatakan dari pengalamannya selama puluhan tahun sebagai pilot, belum pernah sekali pun sampai nyaris di bandara yang salah. Demikian juga di dunia, peristiwa seperti ini menurutnya hampir tidak pernah terjadi. Karena itu untuk memastikannya, tentu dibutuhkan penyelidikan lebih lanjut. Sehingga tidak lagi terulang. “Tapi yang kita bicarakan ini kalau dalam keadaan normal. Artinya kalau pesawat dalam keadaan darurat, di laut pun tidak masalah untuk mendarat. Apalagi di sebuah bandara,” katanya.



http://www.jpnn.com/read/2013/05/21/172910/Alasan-Pesawat-Malaysia-Nyaris-Mendarat-Di-Kuala-Namu-