Flag Counter

Thursday, October 18, 2012

Indonesia Accepts Superjet's Russian Type Certificate

Indonesian regulators have validated the type certificate of the Sukhoi Superjet, paving the way for Indonesian carrier Sky Aviation to take delivery of its first Superjet in November.

Officials from Indonesia’s Directorate General of Civil Aviation (DGCA) visited Russia as part of the validation process, DGCA Director General Herry Bakti tells Aviation Week. He notes that the Superjet already has type validation from the European Aviation Safety Agency.

Sukhoi Civil Aircraft Company, however, has still to receive formal notification of the decision, telling Aviation Week that the “Indonesian DGCA is still working with respective documentation.”

Sky Aviation owner and Chairman Yusuf Ardhi tells Aviation Week that some of the airline’s pilots already have been sent to Venice, Italy, for Superjet simulator training. The airline has 12 Superjets on order, and Ardhi says the first is due to arrive in Indonesia next month. The airline also is due to receive a second Superjet in December, although Ardhi adds there are no firm delivery dates.

Sky Aviation currently operates five Fokker 50s, a Boeing 737-300, a Cessna Grand Caravan, a Cirrus SR-22, a Cirrus SR-20 and a Fokker 100. “We plan to have five more Fokker 50s and more narrowbody jets,” Ardhi says.

“We are still seeking other options on the narrowbody jets. The additional number of [these aircraft] will be decided after we fly the Superjet.”

“If the Superjet can perform economically, and [is operationally] as good as the 737 and Airbus A320 in the Indonesian market, we may focus on Sukhoi Superjets,” says Ardhi.

A Sukhoi Superjet operated by the manufacturer crashed while on a demonstration tour in Jakarta in May. All 45 on board died, including 14 employees of Sky Aviation.

[Editor note: This article is an update of the original to reflect comments by Sukhoi]

Indonesia’s Approval Of SuperJet Clears Sky Aviation Deliveries


 
Indonesian regulators have validated the type certificate of the Sukhoi Superjet, paving the way for Indonesian carrier Sky Aviation to take delivery of its first Superjet in November.

Officials from Indonesia’s Directorate General of Civil Aviation (DGCA) visited Russia as part of the validation process, DGCA Director General Herry Bakti tells Aviation Week. He notes that the Superjet already has type validation from the European Aviation Safety Agency.

Sukhoi Civil Aircraft Company, however, has still to receive formal notification of the decision, telling Aviation Week that the “Indonesian DGCA is still working with respective documentation.”

Sky Aviation owner and Chairman Yusuf Ardhi tells Aviation Week that some of the airline’s pilots already have been sent to Venice, Italy, for Superjet simulator training. The airline has 12 Superjets on order, and Ardhi says the first is due to arrive in Indonesia next month. The airline also is due to receive a second Superjet in December, although Ardhi adds there are no firm delivery dates.

Sky Aviation currently operates five Fokker 50s, a Boeing 737-300, a Cessna Grand Caravan, a Cirrus SR-22, a Cirrus SR-20 and a Fokker 100. “We plan to have five more Fokker 50s and more narrowbody jets,” Ardhi says.

“We are still seeking other options on the narrowbody jets. The additional number of [these aircraft] will be decided after we fly the Superjet.”

“If the Superjet can perform economically, and [is operationally] as good as the 737 and Airbus A320 in the Indonesian market, we may focus on Sukhoi Superjets,” says Ardhi.

A Sukhoi Superjet operated by the manufacturer crashed while on a demonstration tour in Jakarta in May. All 45 on board died, including 14 employees of Sky Aviation.

[Editor note: This article is an update of the original to reflect comments by Sukhoi]

SOURCE: http://www.aviationweek.com

New KAIA Terminal expected to open at end of 2014

The new terminal currently under construction at King Abdulaziz International Airport in Jeddah is expected to be operational in the last quarter of 2014, according to the Saudi General Authority for Civil Aviation (GACA).

Prince Fahd Bin Abdullah, president of GACA, told Saudi Gazette that 31% of the work on the new airport terminal, which will have a capacity of 30 million passengers annually, has been completed.
The airport’s North Terminal, which currently serves foreign airlines, will close following the completion of the project, while the South Terminal, currently used by Saudi Arabian Airlines and Nasair, will be transformed into a cargo hub. GACA also said that the North Terminal would be considered for the extension of the Haj Terminal.

Mohammad Aabed, the KAIA project supervisor, said all foreign flights would be diverted to the airports’ new terminal currently under construction. The new airport is being built on a 105 km² area, and its total capacity will reach 80 million passengers after the completion of the third phase in 2035. The total terminal area will be 670,000m².

The new terminal will serve both Saudia and foreign carriers with the international gates accessible by an automated passengers transport system. The departure lounge will have 200 check-in counters, in addition to 80 self-service counters, 46 departure gates and waiting lounges, a hotel and a modern shopping area.

The project also includes an expressway connecting Al-Haramain Expressway to Madinah Road, and crossing with Prince Majed Road, which will be the main access road to the airport. The Haramain High Speed Railway will have a stop at the airport.

The project will have the world’s tallest control tower, which currently stands at of 46 metres. A 7km service tunnel will link all utility projects, including three power plants and three information centres.
The airport will also include an automated train will transfer passengers across the 700-metre distance between the terminals and boarding gates.

The construction of the new airport will cost a total of $7.2bn (SAR 27bn), with around 20,000 tonnes of steel has been used in the construction of the airport’s roof.

Statistics released by GACA show that 22.9 million passengers used Jeddah airport in 2011, compared with 19.9 million in 2010, which accounts for more than 42% of a total 54 million air passengers in the Kingdom.

PU Targetkan Akses Kualanamu Selesai 2014

MedanBisnis - Medan. Pembangunan jalan nasional akses nontol dari Kota Medan ke Kualanamu ditargetkan selesai 2014 untuk mendukung bandara baru yang akan difungsikan 2014 mendatang.
Pembebasan lahan untuk akses nontol ke Kualanamu sampai saat ini  progresnya telah mencapai 87%, kata Direktur Bina Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah 1 Ditjen Bina Marga Kementerian PU, Subagyo CES di sela-sela kunjungan lapangan di Medan, baru-baru ini.

Diakuinya masih ada sejumlah lahan yang belum bisa dibebaskan dan sifatnya parsial yang akan menyulitkan kemajuan proses pembangunan jalan sepanjang 15 kilometer tersebut.

Pihaknya meminta peranan aktif pemerintah daerah setempat untuk membantu pembebasan tanah agar pembangunan jalan menuju ke arah bandara baru di Sumut tersebut berjalan sesuai target. "Pemerintah daerah harus punya peran di sini dalam pembebasan lahan agar pekerjaan pembangunan jalan tidak terhambat," ujarnya.

Pembangunan jalan nontol tersebut menyerap anggaran sebesar Rp 530 miliar yang bersifat multitahun (multi years). Dia memperkirakan tahun ini akan terserap sekitar Rp247 miliar. "Kami harus mengatur penyelesaian jalan ini dengan penyelesaian pembangunan bandara Kualanamu agar akses jalan yang dibangun bisa langsung terkoneksi dengan bandara baru itu," katanya.

Bandara Kualanamu sendiri ditargetkan selesai pembangunannya tahun 2014. Selain akses nontol, pemerintah juga membangun akses tol dari Medan ke Kualanamu sepanjang 17,8 kilometer, dimana sekitar 90% dibiayai oleh pinjaman dari Bank Ekspor Impor China. "Pembangunan akses tol tersebut juga masih terkendala masalah pembebasan lahan," ujarnya.

Namun dia tetap optimistis pembangunan jalan tol tersebut bisa berjalan lancar sesuai target tahun 2014 dan China tetap mau membiayai proyek yang diperkirakan menyerap dana hingga Rp 1,5 triliun.

FO Jamin Ginting
Dalam kesempatan terpisah Kepala Satuan Kerja (Ka Satker) Pelaksanaan Jalan Nasional Metropolitan Medan, Mula Tua Sinaga menyatakan, pembangunan fly over (FO) Jamin Ginting sepanjang 1.472 m telah dimulai pengerjaannya.

FO tersebut dimaksudkan untuk mengatasi kepadatan lalulintas Jalan A H Nasution, Kota Medan yang setiap hari, terutama jam sibuk pagi hari maupun sore hari, mengalami kemacetan yang luar biasa.

Pembangunan FO itu akan ditangani secara bertahap sampai 2014, yang dialokasikan dananya sebesar Rp 92 miliar. Untuk tahun ini dialokasikan dana sebesar Rp 30 miliar untuk fokus penanganan pelebaran sisi kanan dan kiri jalan untuk mengalihkan arus lalulintas. Sedangkan TA 2013 akan dimulai pembangunan fly over-nya yang dikerjakan oleh PT Pembangunan Perumahan dan Wijaya Karya.

Menjawab pertanyaan kendala tentang pembebasan lahan, Mula Tua Sinaga menyatakan masalah tanah masih ada beberapa bidang namun pihaknya optimis tahun depan dapat diselesaikan.

Tol Medan-Kualanamu Dipercepat

MedanBisnis – Jakarta. Persiapan pembangunan ruas tol Medan-Kualanamu di Sumatera Utara akan dipercepat. Hal ini untuk mendukung pengoperasian Bandara Kualanamu yang diperkirakan beroperasi mulai tahun depan.
Kasubdit Pengadaan Tanah Kementerian Pekerjaan Umum Heri Marzuki mengatakan, proses pembebasan lahan untuk tol ini menjadi prioritas dari 24 ruas tol yang direncanakan pemerintah.
"Kita nggak punya target, tapi prioritas.

Contohnya Medan Kualanamu, karena tinggal sedikit dan sudah kontrak loan dengan China," ungkap Heri saat ditemui wartawan di Kantor Kementerian Pekerjaan Umum, di Jakarta, Selasa (25/9).

Pembangunan proyek ini menjadi prioritas karena menurut Heri, ini akan menjadi akses penunjang dibangunnya Bandara Kualanamu. "Kalau airport-nya selesai nggak ada tolnya ya mau gimana," ungkapnya.

Saat ini, proses pembebasan lahan untuk ruas tol Medan-Kualanamu sudah mencapai 48%. Ditargetkan, konstruksi sudah bisa mulai dilakukan saat proses pembebasan lahannya mencapai 60%. Pasalnya, menurut Heri, investor asing dari China sudah berniat untuk menggarap tol ini.
"Semua lahannya 197 hektare. Presentasenya 48% yang sudah bebas, jadi baru sekitar 95 hektare. Targetnya 60% tahun ini, China masuk untuk konstruksi," pungkasnya.

Pembangunan jalan tol Medan-Kualanamu merupakan proyek tol sepanjang kurang lebih 60 kilometer yang akan melalui rute Medan-Lubuk Pakam-Kualanamu hingga Tebingtinggi. Proyek tersebut, merupakan salah satu proyek prioritas yang diserahkan pelaksanannya pada Kementerian Pekerjaan Umum.

Adapun pembagian pelaksanaan proyek ruas tol itu yakni pemerintah akan melaksanakan bagian ruas tol dari Medan-Lubuk Pakam-Kualanamu sepanjang 24 Km, dengan kebutuhan lahan sebesar 197,94 hektare dan nilai investasi sekitar Rp 1,75 triliun.

Sedangkan dari Kualanamu hingga Tebing Tinggi sepanjang 36 kilometer dengan kebutuhan lahan 243,59 hektare dan nilai investasi sekitar Rp 2,6 triliun akan digarap oleh investor swasta, dengan skema pembiayaan kerjasama pemerintah-swasta.

Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum Bidang Sosial Budaya dan Peran Masyarakat Ir Hediyanto W Husaini MSCE MSi, saat di Medan, Sabtu (22/9), mengatakan pembangunan ruas tol Medan - Tebingtinggi akan direalisasikan satu tahun hingga dua tahun lagi. Pelaksanaannya akan ditentukan apakah ditenderkan ke investor (swasta) atau penunjukan kepada perusahaan BUMN.

Khusus untuk ruas tol Medan - Kualanamu sepanjang 16,91 Km, kata Hediyanto, akan dikerjakan dengan loan China sebesar Rp 1,225 triliun. Bahkan, kontraknya sudah ditandatangani pada 12 Desember 2011 dan rencana selesai tahun 2013. "Kendalanya saat ini terkait pelepasan lahan, khususnya milik BUMN Perkebunan. Untuk proyek ruas tol Medan - Tebingtinggi sepanjang 69,12 km dari kebutuhan lahan 436,12 ha yang telah bebas baru 45%. Kalau Maret 2013 Bandara Kualanamu dioperasikan, kita harapkan akses jalan ke Bandara Kualanamu masih dari jalan non tol," katanya.

Walau pembangunan akses jalan non tol ke Bandara Kualanamu juga masih terkendala soal pelepasan lahan, Hediyanto optimis jalan non tol tersebut bisa diselesaikan sebelum Maret 2013. "Biasanya kalau sudah dikejar deadline, semuanya bisa diselesaikan," katanya.

Para pengusaha dari Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia (HPSJI) Sumut mengharapkan pemerintah pusat segera merealisasikan pembangunan ruas tol dan non tol. Ketua HPJI Sumut, Ir Umar Zunaidi Hasibuan MM mengatakan sebagai warga Sumut akan merasa malu kalau Bandara Kualanamu bisa dioperasikan bulan Maret tapi tidak memiliki akses jalan baik tol dan non tol.

Rel KA CAT-Kualanamu 80%

MedanBisnis – Medan. Pembangunan akses jalur kereta api (KA) Medan - Kualanamu dikebut. Demikian juga pembangunan City Airport Terminal (CAT), yang berfungsi sebagai City Check In di Stasiun Besar Kereta Api Medan. Pembangunan jalur rel dan CAT tersebut hingga saat ini sudah rampung 80%.
"Tidak ada masalah yang berarti, semuanya lancar saja. Pembangunannya terus kita kejar agar selesai tepat waktu.

Jika memungkinkan, sebelum waktu yang ditentukan, kita harapkan pengerjaan sudah selesai. Ya, terus kita kejar agar selesai secepatnya," kata Hu=-mas PT KAI Divre I Sumut-Aceh, Hasri kepada MedanBisnis, Minggu kemarin.

"Secara umum, pembangunannya sudah hampir rampung seluruhnya. Ya, sekitar 80% pembangunannya sudah selesai. Bisa dilihat sendiri pembangunanya, mulai dari CAT sampai pengerjaan pemasangan rel baru. CAT pun sudah hampir siap. Sejumlah sarana pendukung pun sudah ditata seperti kursi tunggu untuk penumpang," ujarnya.

Informasi yang dihimpun MedanBisnis, pembangunan CAT dan rel menuju Kualanamu ditargetkan selesai pada November 2012.

Dengan fasilitas tersebut diharapkan calon penumpang yang akan berangka ke bandara internasional baru di Kualanamu tidak akan terjebak macet. Hasri menjelaskan, jarak CAT ke Bandara Kualanamu sekitar 29 km.

Diperkirakan memakan waktu tempuh selama 20 sampai 30 menit. Jalur tersebut melewati dua stasiun kecil yakni di Bandar Kalifah dan Batang Kuis.

Total jalur baru yang saat ini sedang berlangsung, sepanjang 4,8 km. Biayanya Rp 10,7 miliar dan dikerjakan oleh PT Antaraksa asal Medan. Pelaksanaan pekerjaan sudah dimulai sejak 20 Maret 2012 lalu dan akan berlangsung selama 240 hari kerja.

 Untuk pembebasan lahan juga tidak ada masalah lagi, sebab lima rumah warga dengan total luas sekitar satu hektare di sekitar lokasi pembangunan sudah selesai pada tahun 2008 lalu.

Teknis operasional CAT nantinya, dijelaskan Hasri, calon penumpang pesawat dapat melakukan check in keberangkatan secara langsung di CAT. Di sana ada dua pos City Check In.

CAT sendiri dilaksanakan oleh PT Cipta Usaha Nusa Gede asal Bandung, pengerjaan telah dimulai 19 Maret 2012 lalu dengan 240 hari kerja dan selesai pada November 2012. Biayanya Rp 32,4 miliar.

Gerbong yang akan dioperasionalkan nantinya akan disediakan empat rangkaian. "Setiap satu set kereta api ada 240 seat. Setiap hari ada 16 kali perjalanan ke Kualanamu, pergi pulang, jarak keberangkatannya 30 menit," pungkasnya.

Parkir di Kualanamu Minta Diperluas

MedanBisnis – Medan. Dinas Perhubungan (Dishub) Propinsi Sumut meminta lahan parkir atau tempat pengendapan lokasi bus atau moda angkutan dari Kota Medan dan kabupaten lain ke Bandara baru di Kualanamu, Deli Serdang lebih luas.
Lokasi parkir yang sudah dialokasikan dinilai terlalu kecil dan kurang layak sebagai tempat pengendapan atau tempat parkir dan istirahat bus. "Tadi, kami baru meninjau lokasi di Kualanamu bersama dengan PT Angkasa Pura (AP) II. Tempat pengendapan seperti tempat parkir atau tempat istirahat armada bus di Bandara Kualanamu nanti kurang luas," kata Kadis Perhubungan Sumut, Anthony Siahaan melalui Kabid Perhubungan Darat Dishub Sumut, Darwin Purba kepada MedanBisnis, Jumat kemarin.

Dia meminta lokasi lebih luas, agar tidak mengganggu mobilitas kendaraan dan sinkron dengan aktifitas operasional bandara. "Kita mem-pertimbangkan lalu lintas dan mobilitas bus yang akan ber operasi nantinya tidak akan mengganggu operasional lainnya. Nanti tidak hanya satu armada saja datang dan pergi ke dan dari Kualanamu. Kita perkirakan armada yang akan beroperasi cukup banyak," ujarnya.

Dia menjelaskan lokasi parkir yang diminta itu sudah disanggupi pihak PT AP II. Rencananya, dalam waktu dekat akan dilakukan penambahan dan perluasan lokasi parkir lagi untuk moda angkutan dari dan menuju Bandara Kualanamu.

Persiapan tender pengadaan jasa angkutan ke Bandara Kualanamu, Deli Serdang, menurut Darwin, masih tahap persiapan, tinggal menunggu penetapan gubernur sebagai payung hukumnya.

"Pembahasan itu alot, karena tender moda angkutan ke Kualanamu itu bukan pengadaan barang, tapi pengadaan jasa. Standarisasinya kita yang siapkan termasuk seluruh izin yang diperlukan, kita yang sediakan. Tapi armada, pihak ketiga yang ikut tender itu yang mengadakannya sesuai kemampuan perusahaan masing-masing. Bisa jadi, 10 armada atau lebih sesuai kemampuan perusahaan," jelasnya.

Dia juga menegaskan Organisasi Angkutan Darat (Organda) Sumut juga sudah bertanya ke pihaknya soal tender tersebut. Sebab, mereka khawatir sebagai pengusaha angkutan lokal di daerah, nantinya moda angkutan ke Kualanamu itu dikuasai perusahaan atau pengusaha dari luar. "Mereka khawatir pihak luar yang akan menguasai," pungkasnya.

HK-China Harbour Garap Tol Medan-Kualanamu

Jakarta, (Analisa). PT Hutama Karya Persero (HK) bersama China Harbour akan mengerjakan jalan tol Medan-Kualanamu tahun depan, menyusul penunjukan langsung dari pemerintah agar Hutama Karya menggarap jalan tol trans Sumatera.
"Kita konstruktornya bersama dengan China seperti "joint operation" (JO)," kata Sekretaris Perusahaan Hutama Karya Ari Widiantoro di kantor pusat BNI, Jakarta, Senin (8/10).

Menurutnya, pengerjaan proyek jalan Tol Medan-Kualanamu akan segera direalisasikan setelah perizinan, dukungan dana, serta lahan diperoleh perseroan.

"Untuk ruas jalan Tol Kualanamu ada yang dikerjakan oleh kita dan pemerintah, namun Kualanamu-Tebing Tinggi kita yang mengerjakannya," tuturnya.

Ia menjelaskan, jalan tol trans Sumatera ini memiliki lima "section" dengan investasi sebesar Rp28 triliun. Investasi tersebut sudah termasuk pembebasan lahan. Dari investasi tersebut, sekitar 30 persen akan dibiayai dari ekuitas perseroan dan 70 persen eksternal.

"Saat ini, Mandiri Sekuritas dan Danareksa Sekuritas tengah melakukan kajian skema pendanaannya. Ada sukuk, obligasi, serta pinjaman," paparnya.

Selain itu, Hutama Karya juga tengah mengajukan penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp5 triliun yang masuk dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2013.

"Kita mengajukan PMN Rp5 triliun di RKAP 2013 dari kebutuhan yang kita perlu sampai dengan Rp10 triliun. Namun, bertahap tidak bisa sekaligus," ungkapnya.

Ia optimistis pemerintah dan DPR menyetujui PMN tersebut sebab pembangunan proyek trans Sumatera merupakan penugasan langsung dari pemerintah untuk memajukan perekonomian Indonesia.

"Di negara lain, infrastruktur adalah trigger untuk memajukan perekonomian. Kalau tidak ada dukungan, maka orang akan tunggu-tungguan," tegasnya.

New carrier Pacific Royale halts service

Domestic full service carrier Pacific Royale Airways has announced that it has temporary halted operations, just months after starting service in June.

“We need to halt our operations because we plan to change our business plan,” Pacific Royale sales manager Dede Hartono told The Jakarta Post on Thursday.

Dede said that the airline grounded its three Fokker 50s at its hubs in Surabaya, East Java, and Batam, Riau Islands, in early October.

“It is not because of a financial crisis in our company. We have to stop operations, because we need a new business plan that will bring more benefits to the company and customers,” he said.

Pacific Royale is 51 percent owned by local businessman Gunarni Gunawan and 49 percent owned by Indian investor Tarun Trika.

The airline offered flights between Surabaya and Bandung, West Java; Pangkalan, North Sumatra; and Semarang, West Java; and Batam and Padang, West Sumatra; and Jambi.

According to its old business plan, Pacific Royale planned to use five F50s for feeder routes and four Airbus A320s single-aisle aircraft and one Airbus A330 wide-body aircraft for domestic and international flights.

source: The Jakarta Post

GMF to construct new hangar in December

PT GMF AeroAsia, a subsidiary of national flag carrier Garuda Indonesia, is to construct its fourth hangar in December in an investment worth US$50 million to keep up with Garuda’s expanding fleet.

The new hangar will enable the company to repair and overhaul more aircraft, helping it generate more revenue.

“The new hangar will ensure we keep up with growing demand and deliver the best service to enhance [aviation] safety in Indonesia,” GMF’s corporate secretary Dwi Prasmono Adji told The Jakarta Post.

The Garuda Group will operate as many as 294 aircraft, with an average fleet age of five-years-old by the end of 2015. The fleet is part of Garuda’s Quantum Leap program, where Garuda will operate 194 aircraft while another 100 aircraft, including 50 turboprop planes, will be operated by its strategic business unit Citilink Indonesia.

The airlines under Garuda, Lion Air and Sriwijaya Air have also used GMF’s hangars. Lion, for example, needs hangars to maintain its 178 aircraft by the end of 2016.

New Hangar 4 will be constructed on an 18,000 square-meter plot of land and will be equipped with a purpose-built docking platform for C-Check or heavy maintenance of narrow-body aircraft, such as the Boeing B737 family, Dwi said.

The hangar will also be able to house 16 narrow-body aircraft.

The construction will take approximately one year to complete and the company expects it to be operational by the end of 2013.

GMF’s existing three hangars can accommodate up to 29 aircraft.

GMF plans to build a fifth, which will house four wide-body aircraft, including the B747 series and Airbus 330s.

The fifth hangar is projected to commence commercial operations by the end of 2014.

Dwi said the company had recently finished its Maintenance, Repair and Overhaul (MRO) facilities for the sub-100 jet Bombardier in Makassar, South Sulawesi.

“The facilities are 99 percent ready because we will see Bombardier’s inaugural flight next week. We now have the ability to repair the [Bombardier] aircraft,” he said.

In the future, GMF plans to set up more Bombardier MRO facilities in Garuda’s regional hubs: Medan, North Sumatra; Balikpapan, East Kalimantan; Denpasar, Bali and Biak, West Papua, where the Canadian aircraft are based.

Garuda signed a contract to purchase 18 Bombardier CRJ1000 NextGen series at the Singapore Airshow in February with an option to buy an additional 18. This year, the airline will operate five jets from its Makassar hub.

GMF AeroAsia has facilities to conduct A-Check (light maintenance) to D-Check (the most comprehensive aircraft checks), in Cengkareng, just west of Jakarta.

source: The Jakarta Post

Garuda dan Lion Prioritas Pindah ke Bandara Kualanamu

MedanBisnis – Deliserdang. PT AP II Pusat bersama Kementerian Perhubungan (Kemenhub) RI akan membentuk Tim Pemindahan Bandara Polonia Medan ke Bandara Internasional Kualanamu. Dua maskapai mendapat prioritas untuk pindah terlebih dulu ke bandara baru itu, yaitu Garuda Indonesia dan Lion Air.
Chief of LA & General Affairs Project Implementation Unit (PIU) PT AP II Pembangunan Bandara Kualanamu Wisnu Budi Setianto SH  mengatakan Tim Pemindahan beranggotakan Direktorat Jendral (Dirjend) Perhubungan Udara, Direktur Keselamatan Terbang dan PT AP II.

"Untuk teknis pemindahannya sendiri tidak tanggungjawab PIU. Karena kita, hanya sebagai Project Implementation Unit (PIU) PT AP II Pembangunan Bandara Baru Kualanamu  Deliserdang atau pelaksana pembangunan proyek fisiknya. Secara teknis, persiapan pemindahannya nanti akan dilakukan melalui sebuah Tim Pemindahan Polonia ke Kualanamu dari pemerintah pusat," katanya kepada MedanBisnis, Senin (15/10), di kantornya kawasan proyek Kualanamu, Deliserdang.

Sebelumnya, PT Angkasa Pura (AP) II Pusat memastikan operasional bandara baru internasional  di Desa Pasar VI Kualanamu Kecamatan Beringin, Lubuk Pakam, Deliserdang akan dimulai pada Maret 2013. Meskipun sejumlah sarana pendukung seperti jalan arteri, jalan non tol, jalan tol belum rampung sepenuhnya, PT AP II memastikan minimum equipment operation untuk operasional bandara sudah selesai.

Wisnu mengatakan, teknis pemindahan sebuah bandara lama ke bandara baru itu sangat rumit dan membutuhkan orang-orang yang benar-benar terlatih dan berpengalaman. Sebab, dalam teknisnya, perpindahan bandara itu tidak sertamerta dilakukan dalam waktu satu hari, namun bertahap dan membutuhkan waktu."Desember tim ini akan dibentuk.  Dalam pengoperasian bandara baru juga perlu sertifikasi meskipun dibangun oleh pemerintah. Ya, sertifikasi kelayakan operasionalnya," ujarnya. Sertifikasi dilakukan oleh Dirjen Perhubungan Udara dan Direktur Keselamatan Terbang Kemenhub RI.

Dia menjelaskan perpindahan Polonia ke Kualanamu nantinya dilakukan secara bertahap. Kemungkinan besar, Bandara Polonia dan Bandara Internasional Kualanamu akan tetap beroperasi bersamaan sembari bertahap dilakukan pemindahan keseluruhan."Mungkin nanti maskapai Garuda Indonesia dan Lion Air dipindah lebih dulu ke Kualanamu, baru menyusul maskapai lain. Jadi, dua bandara ini akan beroperasi bersama-sama sembari pemindahan menyeluruh," jelasnya.

Dalam perpindahan itu, seluruh perangkat di Bandara Polonia akan ditinggalkan. Perangkat baru di Bandara Kualanamu sudah disiapkan, seperti sistem navigasi dan Air Traffic Control (ATC) dengan ACC. Pemindahan tower east dan west, APV dan Brifing juga dilakukan bertahap seperti teknis pindahnya sejumlah maskapai penerbangan dari Polonia ke Kualanamu. "Semua perangkat disini sudah disiapkan, all brand new (semua barang baru-red). Jadi, pegawai pindah kemari tidak perlu bawa apa-apa lagi. Tinggal bawa mobil dan berkas-berkas penting saja," ujarnya.

Untuk kode penerbangan, tegasnya, Bandara Kualanamu masih menggunakan kode Bandara Polonia Medan yakni MES. "Tapi lokasi bandara pakai kode WIMM yang saat ini masih digunakan untuk Bandara Polonia Medan. Jadi nanti  WIMM akan digunakan untuk Bandara Kualanamu, dan Bandara Polonia akan diberikan kode WIMK. Teknisnya nanti akan diatur lagi oleh Tim Pemindahan Bandara," tegasnya.

GM Garuda Indonesia Branch Office (BO) Medan Syamsuddin mengakui proses pemindahan ke Banadara Kualanamu secara teknis tidak mudah. Tapi, katanya, pihaknya sudah memiliki standard operating procedure (SOP) yang sudah disiapkan jauh hari. "Rencananya pada Januari tahun 2013 nanti kita akan memulai soft opening pelayanan di sana. Ya, bisa dibilang sebagai langkah awal melakukan latihan-latihan kecil menggunakan perangkat baru di sana," tuturnya.

Teknis pemindahan, katanya, juga dilakukan bertahap dan mungkin juga akan dibantu Tim Pemindahan dari Garuda Indonesia Pusat. Karena, dari proses pemindahan ini yang paling penting adalah komputer server yang menjadi kendali utama konektivitas layanan Garuda Indonesia secara online. Komputer server ini sama sekali tidak boleh mati, jadi perangkat di Kualanamu harus disiapkan lebih dulu baru bisa dipindahkan server yang di Polonia. "Prosedur ini sama dengan pengalaman perpindahan di Bandara Lombok, Bandara Soekarno-Hatta Jakarta dan Bandara Tabing Padang. Kita siap pindah ke Kualanamu," katanya.

Sales Manager Garuda Indonesia BO Medan Susan juga mengungkapkan hal senada. Ia hanya meminta garansi jaringan komputer aman di Kualanamu dalam proses pemindahan tersebut.
"Kalau masalah teknis pilot kita nanti mendaratkan pesawat, saya rasa juga tidak ada masalah, karena akan dipandu oleh petugas ATC (Air traffic control)," tegasnya.

DPRD Sumut Paripurnakan Nama Bandara Sebulan Lagi

MedanBisnis – Medan. DPRD Sumut memastikan nama bandar udara (bandara) yang ada di Kualanamu, Deliserdang akan mengakomodir masukan dari seluruh kabupaten/kota yang ada di Sumut. Nama bandara pengganti bandara Polonia tersebut pun diklaim akan menggambarkan kekompakan masyarakat Sumut secara keseluruhan.
Ketua Panitia Khusus (Pansus) Nama Bandara di Kualanamu DPRD Sumut Fadly Nurzal mengemukakannya kepada MedanBisnis, Selasa (16/10). "Insya Allah, akhir November sudah diparipurnakan. Saat ini masih ada beberapa tahapan yang akan dilakukan oleh pansus sebelum finalisasi di tingkat internal DPRD Sumut," katanya.

Sebelumnya, Chief of Project Implementation Unit (PIU) PT AP II Pembangunan Bandara Baru Kualanamu Wisnu Setianto meminta Pempropsu dan DPRD Sumut memutuskan nama bandara baru tersebut pada November 2012 ini. Menurutnya, nama bandara tersebut dibutuhkan secepatnya untuk melaporkan ke ICAO (pengawas bandara internasional-red). Selain itu, juga untuk menyosialisasikan nama tersebut secepatnya kepada masyarakat dan pihak terkait penerbangan. 

Fadly mengatakan sejumlah nama sudah diterima oleh pansus dari berbagai sosialisasi dan serapan usulan dari berbagai kabupaten/kota di Sumut. Dari 33 kabupaten/kota di Sumut, katanya, tinggal empat kabupaten dan satu kotamadya di Nias yang belum dikunjungi oleh Pansus.

Nama-nama yang diusulkan, katanya, tidak jauh berbeda dengan yang muncul sejak beberapa terakhir ini, diantaranya nama tokoh Sumut dan nama Kualanamu sendiri.

"Karenanya, kami masih akan menyerap masukan dari lima daerah di Kepulauan Nias, selanjutnya akan membahasnya bersama empat instansi, tepatnya lokasi bandara baru itu berada. Instansi tersebut, Pempropsu, DPRD Sumut, Pemkab Deliserdang dan DPRD Deliserdang. Hal ini mengingat, prioritas nama ditetapkan oleh daerah lokasi bandara berada," terangnya.

Sekdapropsu H Nurdin Lubis SH MM beberapa waktu lalu mengatakan, Pemerintah Propinsi Sumatera Utara (Pempropsu) sudah menginventarisasi lima nama untuk Bandara Kualanamu. Kelima nama itu, yakni Bandara Sultan Serdang, Bandara Kualanamu, Bandara Raja Sisingamangaraja XII, Bandara Haji Adam Malik dan Bandara Tengku Amir Hamzah.

Dia menyebutkan ketentuan yang diatur oleh Menhub bahwa nama bandara diusulkan oleh Pempropsu dengan persetujuan DPRD Sumut untuk diputuskan atau ditetapkan oleh Menhub.
"Enam bulan sebelum operasional nama itu sudah harus ditetapkan.

Bandara ini dijadwalkan operasional bulan Maret 2013 sehingga bulan September ini mesti disosialisasikan ke dunia internasional," jelasnya.

Proyek Tol Medan-Kualanamu Dikebut Agar Bisa Dukung Bandara Baru

MedanBisnis-Jakarta. Persiapan pembangunan ruas tol Medan-Kualanamu di Sumatera Utara akan dipercepat. Hal ini untuk mendukung pengoperasian Bandara Kualanamu selesai akhir tahun ini.
Kasubdit Pengadaan Tanah Kementerian Pekerjaan Umum, Heri Marzuki mengatakan, proses pembebasan lahan untuk tol ini menjadi prioritas dari 24 ruas tol yang direncanakan pemerintah.

"Kita nggak punya target, tapi prioritas. Contohnya Medan Kualanamu, karena tinggal sedikit dan sudah kontrak loan dengan China," ungkap Heri saat ditemui wartawan di Kantor Kementerian Pekerjaan Umum, di Jakarta, Selasa (25/9/12).

Pembangunan proyek ini menjadi prioritas karena menurut Heri, ini akan menjadi akses penunjang dibangunnya Bandara Kualanamu.

"Airportnya tahun ini sudah selesai, kalau airportnya selesai nggak ada tolnya ya mau gimana," ungkapnya.

Saat ini, proses pembebasan lahan untuk ruas tol Medan-Kualanamu sudah mencapai 48%. Ditargetkan, konstruksi sudah bisa mulai dilakukan saat proses pembebasan lahannya mencapai 60%. Pasalnya, menurut Heri, investor asing dari China sudah berniat untuk menggarap tol ini.

"Semua lahannya 197 hektar. Presentasenya 48% yang sudah bebas, jadi baru sekitar 95 hektar. Targetnya 60% tahun ini, China masuk untuk konstruksi," pungkasnya.

Pembangunan jalan tol Medan-Kualanamu merupakan proyek tol sepanjang kurang lebih 60 kilometer yang akan melalui rute Medan-Lubuk Pakam-Kualanamu hingga Tebing Tinggi. Proyek tersebut, merupakan salah satu proyek prioritas yang diserahkan pelaksanannya pada Kementerian Pekerjaan Umum.

Adapun pembagian pelaksanaan proyek ruas tol itu yakni pemerintah akan melaksanakan bagian ruas tol dari Medan-Lubuk Pakam-Kualanamu sepanjang 24 Km, dengan kebutuhan lahan sebesar 197,94 hektar dan nilai investasi sekitar Rp 1,75 triliun.

Sedangkan dari Kualanamu hingga Tebing Tinggi sepanjang 36 kilometer dengan kebutuhan lahan 243,59 hektar dan nilai investasi sekitar Rp 2,6 triliun akan digarap oleh investor swasta, dengan skema pembiayaan kersama pemerintah-swasta.

KA ke Kualanamu Hampir Rampung

MedanBisnis – Medan. PT Kereta Api Indonesia (KAI) Divre I Sumut-NAD menyatakan pembangunan rel Kereta Api (KA) Medan-Kualanamu, Deliserdang sudah hampir rampung. Secara teknis pembangunannya tinggal menyelesaikan bangunan stasiun kecil yang akan menjadi tempat naik dan menurunkan penumpang.
Pengamatan MedanBisnis pada Senin lalu, di Kualanamu, jaringan rel yang dibangun PT KAI sebagian besar sudah terpasang dan menyatu dengan yang lainnya. Selain itu, hanya tinggal melengkapi perangkat yang kurang seperti penyatuan pada rel yang terbelah di tikungan letter U persis di depan Terminal Keberangkatan/Kedatangan bandara baru di Kualanamu.

"Pihak PT KAI sudah menyatakan sanggup akan tetap mengoperasionalkan kereta api setiap 30 menit. Pergerakan kereta api akan terus berjalan meski tidak ada penumpang. Itu sudah disanggupi pihak PT KAI. Fisiknya untuk PT KAI saya rasa juga sudah hampir selesai," kata Chief of LA dan General Affairs Project Implementation Unit (PIU) PT AP II, Wisnu Budi Setianto kepada MedanBisnis baru-baru ini di Kualanamu.

Di tempat terpisah, Humas Divre I PT KAI Sumut-NAD Hasri, Rabu kemarin mengakui, pemasangan dan pembangunan jalur rel kereta api dari Medan menuju Kualanamu hanya tersisa 10% saja. "Sudah hampir selesai. Dari laporan yang kita terima, pihak pelaksana proyek sudah hampir menyelesaikan pekerjaannya. Saat ini sudah mencapai 90%," jelas Hasri kepada MedanBisnis.

Hasri juga mengatakan setelah selesai nantinya. Pihaknya akan melakukan uji coba beberapa kali sebelum dipergunakan untuk publik. "Uji cobanya akan dilakukan, tapi nanti setelah pekerjaan seluruhnya selesai dikerjakan," tegasnya.

Perlu diketahui, pembangunan akses jalur kereta api (KA) Medan-Kualanamu dikebut. Demikian juga pembangunan City Airport Terminal (CAT), yang berfungsi sebagai City Check In di Stasiun Besar Kereta Api Medan.

Total jalur baru yang saat ini sedang berlangsung, sepanjang 4,8 km. Biayanya Rp 10,7 miliar dan dikerjakan oleh PT Antaraksa asal Medan. Pelaksanaan pekerjaan sudah dimulai sejak 20 Maret 2012 lalu dan akan berlangsung selama 240 hari kerja.

Bandara Kualanamu Beroperasi Maret 2013

MedanBisnis—Deliserdang. PT Angkasa Pura (AP) II Pusat memastikan operasional bandara baru internasional di Desa Pasar VI Kualanamu Kecamatan Beringin, Lubuk Pakam, Deliserdang akan dimulai pada Maret 2013. Meskipun sejumlah sarana pendukung seperti jalan arteri, jalan non tol, jalan tol belum rampung sepenuhnya, PT AP II memastikan minimum equipment operation untuk operasional bandara sudah selesai.
"Pemerintah pusat dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) RI bersama AP II Pusat tetap berupaya maksimal untuk pelaksanaan pembangunan proyek Bandara Kualanamu ini dapat terlaksana dengan baik. Ya, kita memastikan bandara akan mulai beroperasi pada Maret 2013 secara bertahap," kata Chief of Project Implementation Unit (PIU) PT AP II Pembangunan Bandara Baru Kualanamu Deliserdang, Wisnu Budi Setianto SH, kepada MedanBisnis, Senin (15/10), di ruang kerjanya.

Dia mengatakan minimum equipment operation ini menjadi acuan sebuah bandara meskipun fisik bangunan tidak bisa dipastikan akan selesai pada Maret 2013. "Fisiknya memang secara bertahap akan selesai. Tapi kita bersama-sama berupaya untuk memaksimalkan seluruhnya termasuk sarana pendukung," ujarnya.

Sarana pendukung lain seperti jaringan telepon dari Telkom, jaringan listrik dari PLN dan air juga sedang diselesaikan. Wisnu menuturkan, untuk jaringan telepon sudah terpasang, jaringan listrik akan selesai pada November 2012 dan perangkat air bersih juga sudah selesai dikerjakan.
Pengamatan MedanBisnis, pembangunan sejumlah sarana utama terus dikebut. Data yang dihimpun dari PIU PT AP II menunjukkan proses pembangunan untuk sektor publik sudah mencapai 95,43%, sektor privat mencapai 76,89% dan secara keseluruhan pembangunan sudah mencapai 87,29%.

Tampak gateway, jalan poros depan, terminal kargo, parallel taxiway dan PK-PPK, bangunan security, bangunan pemerintahan, area parkir, menara pengawas, apron, garbarata, main power station, jalan poros belakang, radar dan fuel station sudah selesai 100%. Sedangkan pembangunan DVOR/DME sudah mencapai 95%,  terminal penumpang 85,75% dan runway 65,71%.

Sejumlah pekerja juga terlihat masih mengerjakan lantai dan plafon atap bangunan di terminal penumpang (drop off). Fasilitas lain di dalam terminal tersebut seperti lift, tangga, saluran ventilasi udara, lampu, eskalator hingga pemadam emergency sudah selesai dikerjakan.

Wisnu mengatakan, lahan Bandara Kualanamu dibanding Polonia mencapai 10:1. Untuk itu, pihaknya meminta pembangunannya sebagai rancangan pembuka perekonomian Kabupaten Deliserdang maupun Propinsi Sumut. "Tidak bisa pembangunan ini dilakukan sendiri saja. Harus ada dukungan juga dari pemerintah kabupaten, seperti akses jalan masuk menuju Kualanamu dari Kota Lubukpakam. Pembangunan ini nantinya membawa dampak ekonomi yang besar bagi daerah, " jelasnya.

Dia menegaskan, tidak hanya pemerintah, masyarakat setempat juga diharapkan dukungannya pada pembangunan proyek ini. Sebab, dampak besar dari pembangunan ini adalah peningkatan perekonomian yang besar baik dari sisi pendapatan warga setempat maupun nilai jual tanah di sekitar bandara yang meningkat pesat. “Pertama kali yang menikmati dampak pembangunan ini adalah warga setempat,” tegas pria yang puluhan tahun bertugas di PT AP II Cabang Medan dan menjadi PIU Proyek Bandara Soekarno-Hatta Jakarta ini.

Nama Diputuskan November
Wisnu mengemukakan pula, PT AP II Pusat telah meminta Pemerintah Propinsi (Pemprop) Sumut dan DPRD Sumut untuk secepatnya memutuskan nama Bandara Kualanamu, Deliserdang pada November tahun ini. Penentuan nama bandara ini dibutuhkan secepatnya untuk dilaporkan ke ICAO (Pengawas Bandara Internasional)."Kita juga perlu melakukan perkenalan ke publik nama Bandara Kualanamu ini,” katanya.

Dia menjelaskan,  hal itu perlu dilakukan mengingat ICAO sebagai lembaga pengawas bandara internasional juga membutuhkan waktu memproses nama Bandara Kualanamu yang merupakan bandara baru di Indonesia pengganti Bandara Polonia Medan. "Nama bandara bukan pemerintah pusat atau PT AP II yang menentukan melainkan pemerintah daerah yaitu Pemprop Sumut bersama DPRD Sumut melalui sebuah paripurna. Kita berharap, November ini sudah ada nama baru untuk Kualanamu," ujarnya.

Menurut Wisnu, untuk menentukan nama baru sebuah bandara tidak sulit.  Indikatornya ada dua yakni daerah wilayah bandara dan nama pahlawan atau tokoh daerah yang paling dikenal. Katanya, usulan ada saat ini yakni Bandara Sultan Sulaiman pun layak. “Tapi ya kalau boleh usul, nama bandara itu tidak terlalu panjang supaya pilot  tidak kesulitan menyebutkannya dalam melaporkan keberangkatan pesawat bandara. Apalagi, kalau pilotnya berasal dari luar negeri atau orang bule," tegasnya.

2013, Fasilitas City Check In Bandara Kuala Namu Beroperasi

MEDAN - PT Kereta Api Indonesia (KAI) memastikan fasilitas City Check in Bandara Baru di Kuala Namu Sumatera Utara akan segera rampung dan dapat beroperasi pada Januari 2013 mendatang. Meski telah molor dari jadwal semula, namun PT KAI optimistis dengan selesainya 80 persen jalur kereta api dari Medan menuju Kuala Namu, target operasional itu dapat direalisasikan.

Humas PT KAI Divisi Regional Sumut Aceh Hasri di Medan, Selasa (16/10/2012) mengatakan, secara keseluruhan proses pembangunan rel dan terminal city check in di stasiun besar Medan telah rampung sekira 85 persen. Awalnya penyelesaian proyek ditargetkan pada November tahun ini, namun karena beberapa halangan, penyelesaiannya baru dapat dilakukan Januari 2013 mendatang.

"Memang sedikit molor, tapi kan sudah selesai sebelum bandara dioperasikan. Total anggarannya sekira Rp32,4 miliar. Di antaranya pembangunan jalur baru dari Deli Serdang menuju Kuala Namu sepanjang 4,8 kilometer (km) yang memakan anggaran sebesar Rp10,7 miliar, serta peningkatan kualitas rel dari Medan menuju Deli Serdang, serta pengadaan city check in dan armada kereta api. Semuanya kini berjalan lancar, tinggal finishing saja, seperti pemasangan lift dan eskalator, kalau perlengkapan semua sudah siap," jelasnya.

Hasri menyebutkan, dengan beroperasinya City Check ini, nantinya masyarakat hanya membutuhkan waktu paling lama 30 menit untuk sampai ke Bandara Kuala Namu, dengan melewati beberapa stasiun kecil di wilayah Medan dan Deli Serdang.

"Sebagian jalurnya memang jalur eksisting seperti Stasiun Pasar, Bandar Kalifah dan Batang Kuis, tapi kualitasnya sudah kita tingkatkan. Karena berdasarkan perencanaan, jalur tersebut terhitung yang paling singkat dan paling efisien. Diharapkan kehadiran city check ini membuat masyarakat tak lagi merasakan kemacetan di tengah kota jika hendak menuju bandara," tandasnya.

source: okezone.com