Flag Counter

Sunday, December 4, 2011

Dilarang Terbang ke Uni Eropa? Ke Amerika Saja!

Sebanyak 37 maskapai penerbangan Indonesia tercantum dalam daftar larangan terbang Uni Eropa yang baru-baru ini keluar. Lion Air salah satunya. Menariknya, walaupun dilarang terbang ke Eropa, tapi Lion Air tidak di-blacklist Amerika Serikat.

Dicantumkannya 37 maskapai penerbangan Indonesia dalam daftar larangan terbang Uni Eropa berhubungan dengan standar pengawasan keselamatan penerbangan Indonesia. Uni Eropa tidak yakin pengawasan itu maksimal untuk menjamin keselamatan penumpang.


Uni Eropa juga menemukan beberapa ketidakberesan sehingga ke-37 maskapai penerbangan Indonesia dimasukkan ke dalam daftar hitam.
Enam maskapai penerbangan Indonesia lainnya tidak masuk daftar baru Uni Eropa karena sudah teruji tingkat keamanannya. Mereka adalah Garuda Airlines, Airfast Indonesia, Mandala Airlines, Air Asia Indonesia, Batavia Air, dan Express Transportasi antar Benua, Walaupun masuk daftar larangan terbang Uni Eropa, Lion Air diperbolehkan terbang oleh Amerika Serikat.

AS-UE

Evert van Zwol adalah ketua Persatuan Penerbang Belanda (VNV). Menurutnya memang ada perbedaan besar antara Uni Eropa dan Amerika Serikat. Sebagai contohnya Van Zwol menyebut perbedaan antara waktu kerja maksimal pilot di Eropa dan Amerika. Cara kerja dan dasar pertimbangan antara Eropa dan Amerika dalam menentukan daftar hitam juga berbeda. Itu sangat disayangkan VNV.
VNV selama ini selalu mendukung usaha untuk menyeragamkan ketentuan tersebut, karena baik Eropa dan Amerika punya peran besar dalam pasar lalu lintas udara. Tapi ini tidak berarti bahwa lalu lintas udara di Amerika lebih aman dari Eropa atau sebaliknya.

Statistik kecelakaan pesawat terbang di dunia menunjukkan, Afrika wilayah paling berbahaya disusul Amerika latin, Timur Tengah dan Asia. Melihat tingkat keamanan penerbangan di Indonesia, menurut Van Zwol, Indonesia bisa diberi nilai 5 hingga 2.

Pilot Indonesia

Selama ini ketua VNV dan juga rekan-rekannya tidak menjalin hubungan dekat dengan para pilot Indonesia.
"Sedikit sekali. Memang ada pertemuan tahunan persatuan pilot internasional, tetapi para pilot Indonesia tidak aktif. Bisa dibilang persatuan pilot Indonesia tidak punya peranan besar atau mungkin tidak terorganisir dengan baik. Karena itu sedikit sekali kontak atau hampir tidak ada."

Persatuan Penerbang Belanda juga sering melakukan penyelidikan untuk membantu meningkatkan keselamatan dan kenyamanan penerbangan di Eropa.

Menurut Van Zwol tugas utama menjaga keselamatan dan kenyamanan ada di tangan maskapai penerbangan masing-masing. Selain itu setiap negara wajib melakukan pengawasan keamanan. Badan yang bertanggungjawab atas hal ini, harus bisa bertindak independen dan tidak dikaitkan dengan maskapai penerbangan mana pun.

Tugas utama mereka adalah mengawasi apakah setiap maskapai melaksanakan tugas dengan baik dan mematuhi setiap aturan keamanan yang ditetapkan.

Yang sering terjadi badan pengawas keamanan ini sering tidak independen sehingga bisa menyebabkan situasi berbahaya, yang bisa berakhir dengan kecelakaan yang menewaskan penumpang serta awak.

Birokrasi Eropa

Sementara itu Dubes RI untuk Belgia, Luksemburg dan Uni Eropa, Arif Havas Oegroseno, mengatakan Indonesia sedang melakukan pencabutan larangan terbang ke Uni Eropa. Walaupun demikian, ia menilai birokrasi di Eropa sangat lambat.

Jadi, kata Oegroseno beberapa maskapai penerbangan Indonesia tak sabar dan berpaling ke Amerika. Hal itu sebenarnya merugikan Uni Eropa sendiri.

Deal terbesar yang pernah dicapai Eropa adalah pada Paris Air Show ketika perusahaan pembuat pesawat terbang Eropa, Airbus, menjual pesawat kepada Emirates Airlines senilai 17 miliar dolar. Tapi Lion Air membeli dari Boeing seharga 35 miliar dolar.

"Itu terbesar dalam sejarah Boeing dan terbesar dalam sejarah airline. Penjualan itu menciptakan 100 ribu lapangan pekerjaan untuk orang Amerika."

Jadi, tuturnya, terserah Uni Eropa, kalau mau begini terus. "Kita bisnis sudah tidak bisa lama lagi menunggu. Kalau mau ya silahkan lift the ban (cabut larangan, Red.)."

Arif Havas Oegroseno menambahkan pelarangan itu tak ada pengaruhnya sama sekali terhadap dunia penerbangan Indonesia, melainkan justru mempengaruhi bisnis Uni Eropa.

Bumerang

Daftar hitam itu, lanjutnya akan merupakan bumerang buat Uni Eropa. "Kalau memang maskapai penerbangan kita bermasalah kenapa Boeing jual ke kita? Kenapa Presiden Obama hadir dalam acara penandatanganan."

Menurut pengakuan Arif Havas Oegroseno, yang menetapkan standar keselamatan adalah ICAO (International Civil Aviation Organisation, Organisasi Penerbangan Sipil Internasional). "Kalau kita lihat krisis ekonomi di Uni Eropa ya terserah saja lah. Its up to European (tergantung Eropa sendiri, Red)."

Tidak berdampak

Di lain pihak, Captain Nababan, pilot pada maskapai penerbangan Garuda Airlines, yang sempat masuk larangan terbang Uni Eropa, mengatakan pembelian sebanyak 230 unit pesawat Boeing sebenarnya tidak dapat meningkatkan kepercayaan Uni Eropa terhadap Lion Air.

Menurutnya jumlah pesawat terbang dan kondisi keuangan tidak berdampak langsung terhadap masalah keselamatan penerbangan.

Nababan, yang sedang berada di Belanda, berharap Lion Air, dengan rencana pembelian spektakuler itu, juga melakukan perbaikan pada prasarana, pendidikan dan sistem monitoring keselamatan penerbangan.

"Kita menambah banyak armada tentu infrastruktur maupun sistem pemantauan dan pendidikan sumber daya manusianya harus seiring dengan pertumbuhan tadi, sehingga level of safety itu tidak boleh menurun, tapi harus bisa dipertahankan, syukur-syukur bisa ditingkatkan."

No comments:

Post a Comment