Flag Counter

Tuesday, November 27, 2012

Dunia Butuh 33.500 Pesawat Senilai US$ 4 Triliun di 2030

Singapura - Industri penerbangan global akan membutuhkan 33.500 pesawat baru senilai US$ 4 triliun hingga tahun 2030. Asia mengambil porsi 35% dari total kebutuhan pesawat global tersebut.

Menurut produsen pesawat asal Amerika Serikat (AS), Boeing, Asia-Pasifik akan membutuhkan 11.450 pesawat baru senilai US$ 1,5 triliun pada periode tersebut.

"Ini adalah pasar terbesar untuk pesawat dengan lorong tunggal (single-aisle)... untuk pesawat lorong ganda (twin-aisle)... untuk pesawat-pesawat besar. Setiap saat Anda melihatnya, ini adalah sebuah pasar yang sangat besar dan ini adalah pasar yang tumbuh," ujar Vice President pesawat komersial Boeing Randy Tinseth seperti dikutip dari AFP, Senin (13/2/2012).

Tinseth juga memperbarui proyeksi Boeing sebelumnya dengan mengatakan, permintaan terbesar di kawasan ini adalah untuk pesawat jenis lorong tunggal yang normalnya memiliki 90-200 kursi. Jenis tersebut merupakan model paling hits untuk pasar maskapai berbiaya rendah.

Dari total 33.500 kebutuhan pesawat baru secara global, sebesar 60% diantaranya digunakan untuk ekspansi dan sisanya untuk menggantikan pesawat-pesawat yang tua. Di kawasan Asia-Pasifik, 80% adalah untuk kebutuhan pertumbuhan penerbangan.

Untuk memenuhi kebutuhan, Tinseth mengatakan Boeing akan membangun produksi dari model-model termasuk tipe generasi baru lorong tunggal 737 MAX, yang memasuki fase final uji wind-tunnel pada pekan depan.

Boeing juga mempertimbangkan versi yang lebih besar untuk tipe pesawat ukuran menengah jenis 787 Dreamliner yakni 787-10X yang dapat memuat 320 penumpang atau 40% lebih banyak dari jenis 787-9.

Vice President pengembangan program 787, Mark Jenks mengatakan, Boeing ingin memperbaiki produksi Dreamliner yang sudah lama tertunda menjadi 10 per bulan hingga akhir 2013, dari saat ini yang hanya 2 atau 3.

No comments:

Post a Comment