Mengapa pesawat turun ini sempat jadi misterius.
VIVAnews -
Salah satu yang sempat jadi misteri dalam kecelakaan pesawat Sukhoi
Superjet 100 pada 9 Mei lalu adalah saat pilot menurunkan pesawatnya,
dari ketinggian 10 ribu kaki menjadi 6 ribu kaki. Pesawat yang sedang
terbang eksebisi itu lalu menabrak tebing Gunung Salak .
Saat itu, Sukhoi Superjet 100 dipiloti penerbang senior Rusia, Aleksandr Yablontsev, dan kopilot Aleksandr Kochetkov. Saat pesawat di ketinggian 10 ribu kaki, pilot meminta izin kepada petugas Jakarta Approach untuk turun ke 6.000 kaki dan membuat orbit (lintasan melingkar) ke kanan. Petugas kemudian memberikan izin tersebut.
"Tujuan pilot untuk turun ke 6.000 kaki dan membuat orbit adalah agar pesawat tidak terlalu tinggi untuk proses pendaratan di Halim Perdanakusuma di landasan 06," jelas Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Tatang Kurniadi, di Kementerian Perhubungan pada Selasa 18 Desember 2012.
Nahas, pada pukul 14.32 lewat 26 detik, pesawat menabrak tebing Gunung Salak yang ketinggiannya 6.000 di atas permukaan laut.
Saat itu, Sukhoi Superjet 100 dipiloti penerbang senior Rusia, Aleksandr Yablontsev, dan kopilot Aleksandr Kochetkov. Saat pesawat di ketinggian 10 ribu kaki, pilot meminta izin kepada petugas Jakarta Approach untuk turun ke 6.000 kaki dan membuat orbit (lintasan melingkar) ke kanan. Petugas kemudian memberikan izin tersebut.
"Tujuan pilot untuk turun ke 6.000 kaki dan membuat orbit adalah agar pesawat tidak terlalu tinggi untuk proses pendaratan di Halim Perdanakusuma di landasan 06," jelas Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Tatang Kurniadi, di Kementerian Perhubungan pada Selasa 18 Desember 2012.
Nahas, pada pukul 14.32 lewat 26 detik, pesawat menabrak tebing Gunung Salak yang ketinggiannya 6.000 di atas permukaan laut.
No comments:
Post a Comment