Flag Counter

Saturday, December 3, 2011

Beli Ratusan Boeing, Parkirnya di Mana?

Industri penerbangan harusnya satu kesatuan mulai infrastruktur, pesawat, hingga SDM.

Pengamat penerbangan Chappy Hakim menyesalkan pemborongan ratusan pesawat Boeing oleh Lion Air. Pasalnya Indonesia saat ini justru membutuhkan pesawat-pesawat kecil yang bisa dilalui antarpulau.

Dalam perbincangan dengan VIVAnews.com, Chappy mengatakan, sebagian besar bandara di Indonesia hanya bisa dilalui pesawat-pesawat perintis, bukan pesawat besar seperti Boeing 737 yang membutuhkan landasan 2.000 - 2.500 meter. "Bandara di Indonesia yang memiliki landasan sepanjang ini hanya 6-7 bandara saja," katanya.

Cappy mengatakan, pemborongan pesawat ini bukan salah Lion, melainkan pemerintah yang tak bisa berperan sebagai regulator penerbangan. Menurut dia, penerbangan seharusnya merupakan sistem terpadu, mulai dari infrastruktur seperti airport, jenis peswat, alat navigasi, Air Traffick Control (ATC), hingga pendidikan sumberdaya manusia.

"Karena itu, pemerintah tak bisa membiarkan swasta asal beli pesawat," katanya. "Kalau mereka beli terus, infrastrukturnya tidak ada, lalu pesawatnya mau diparkir di mana?"

Mengenai pengawasan ini, dia mengaku tak tahu lembaga apa yang yang seharusnya membuat cetak biru penerbangan nasional. Apakah Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional (Depanri), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), atau Kementerian Perhubungan. "Semua tak jelas," katanya. Sebelumnya, Lion Air secara mengejutkan membuat kesepakatan dengan Boeing untuk membeli 230 pesawat senilai Rp195 triliun. Pesawat itu terdiri atas 201 jenis 737 Max dan 29 next generation 737-900 ERs yang akan dikirim mulai 2017 hingga 2025.

Lion sendiri telah memesan pesawat Boeing sebanyak 178 pesawat sejak 2007-2017, sehingga total yang akan dimiliki Lion hingga 2025 sebanyak 408 pesawat Boeing.

 

No comments:

Post a Comment