Flag Counter

Wednesday, July 31, 2013

Menapaki Perjalanan Polonia, Bandara Warisan Belanda

Nama Polonia dicetuskan Baron Michalsky.



VIVAnews - Pukul 24.00 WIB, Rabu 24 Juli 2013, Bandar Udara Polonia, Medan, resmi ditutup untuk penerbangan komersial. Aktivitas perjalanan udara dari dan ke kota Medan dialihkan ke Bandara Kualanamu yang resmi dioperasikan Kamis 25 Juli 2013. 
Menilik sejarahnya, Polonia barangkali merupakan salah satu bandara tertua di Indonesia. Keberadaan bandara ini berawal pada 1872.  Pemerintah Hindia Belanda, penguasa di Indonesia saat itu, memberikan wilayah konsesi untuk perkebunan tembakau di Sumatera Timur kepada Baron Michalsky, warga negara Polandia.

Oleh Baron, daerah itu diberi nama Polonia. Menyerupai nama kampung halamannya, Polandia. Kemudian pada tahun 1879, daerah konsesi yang dijadikannya perkebunan itu berpindah tangan dan berubah menjadi perkebunan milik Deli Mattchappih (Deli Mij).

Sebagai pemilik baru, Deli Mij berniat memberikan sedikit lahan miliknya untuk landasan pacu pesawat terbang. Niat itu terbesit setelah mendengar kabar pionir penerbang berkebangsaan Belanda, Van Der Hoop, akan menerbangkan pesawat jenis Fokker dari Eropa ke wilayah pemerintahan Hindia Belanda.

Namun setelah tahun 1879, berita tentang Van Der Hoop dengan pesawat-pesawatnya tak terdengar. Pada tahun 1943 berhembus kembali kabar pesawat-pesawat Fokker itu akan datang.

Kabar tersebut diterima mendadak dengan waktu terbatas. Persiapan yang dilakukan untuk menampung pesawat pun sangat minim. Meski demikian, Van Der Hoop dan dua rekannya, Van Poelman dan Van Der Broeke, sukses mendaratkan pesawatnya di Polonia.

Setelah berhasil mendaratkan pesawatnya, ketiga penerbang Belanda itu disambut gembira oleh warga Medan waktu itu. Mereka juga disambut oleh Sultan Sulaiman Syariful Alamsyah, selaku pemimpin di Kesultanan Serdang.

Sultan Sulaiman juga lah orang Medan yang pertama kali menaiki pesawat itu dan melihat langsung kota Medan dari udara. Saat itu landasan pacu hanya memiliki panjang 2,9 kilometer. Itulah sebabnya, Asisten Residen Sumatera Hindia Belanda di Batavia mendesak percepatan pembangunan Bandara Polonia untuk serius melayani penerbangan.

Selanjutnya, pada 1928, lapangan terbang Polonia resmi dibuka untuk enam unit pesawat milik Koninklijke Nederlandsch-Indische Luchtvaart Maatschappij (KNILM), anak perusahaan Koninklijke Luchtvaart Maatschappij (KLM). Waktu itu, landasan masih terbuat dari tanah yang dikeraskan. Tahun 1930 barulah perusahan Belanda itu membuka penerbangan ke Medan secara berkala.

Tahun 1936, untuk pertama kalianya pemerintah Hindia Belanda melakukan perbaikan bandara. Landasan pacu diperpanjang agar bisa menampung pendaratan pesawat jenis AirBus dan Boeing. Pemetaan kota Medan juga dilakukan dari udara menggunakan pesawat milik KNILM.

Pada masa perang kemerdekaan, Polonia dijadikan pangkalan militer tentara Belanda dan Inggris. Bandara Polonia dan Pelabuhan Belawan sempat mengalami kerusakan parah akibat dibombardir tentara Jepang yang saat itu menyatakan perang dengan Amerika, Belanda dan Inggris.

Penerbangan komersial dimulai pada 1975, saat kerjasama pengelolaan bandara oleh Departemen Pertahanan dan Keamanan, Departemen Keuangan, dan Departemen Perhubungan.

Tahun 1981 dilakukan pembangunan gedung terminal keberangkatan domestik seluas 7.526 meter persegi. Kemudian pada 1985-1994, bandara dikelola Perum Angkasa Pura I. Sejak 1994, bandara dikelola PT Angkasa Pura II.

Kecelakaan mengerikan di Polonia
Bandara Polonia memang terletak di pusat kota Medan. Selain menghambat pembangunan kota, posisi Polonia terbilang sulit lantaran berada dekat dengan Gunung Sibayak. Sulit bagi para pilot untuk mendaratkan pesawatnya.
Itulah kenapa Bandara Polonia menyandang predikat 'BlackStar'. Karena menjadi penyebab tak langsung beberapa kali kecelakaan pesawat di kawasan itu.

Pada 5 September 2005, pesawat Boeing 737-200 jurusan Medan-Jakarta milik Mandala Airlines gagal lepas landas dan jatuh di permukiman warga. Sebanyak 101 orang tewas, termasuk Gubernur Sumut waktu itu, Tengku Rizal Nurdin, dan mantan Gubernur Raja Inal Siregar. Penumpang yang selamat 16 orang. Sebanyak 44 orang yang berada di darat menjadi korban.

Penelitian yang dilakukan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dengan tim investigasi National Transportation Safety Board dari Amerika Serikat menemukan bahwa terdapat kerusakan yang menyebabkan salah satu mesin pesawat tersebut tidak bertenaga.

Namun, masih diselidiki apakah kondisi tersebut telah ada sebelum atau sesudah pesawat terempas dan meledak.

Selain itu, muncul laporan bahwa pesawat tersebut membawa kargo berupa durian yang berbobot 2 ton. Sehingga mencapai batas berat maksimum yang mampu diangkut pesawat.

Setelah peristiwa itu, beberapa kecelakaan pesawat yang kecil sering terjadi. Namun tidak menyebabkan korban jiwa.

Bandara Polonia resmi ditutup untuk penerbangan komersial dan beralih menjadi pangkalan udara TNI Angkatan Udara, Rabu malam, 24 Juli 2013. Bandara komersial Sumatera Utara resmi pindah ke Kuala Namu International Airport (KNIA).

Pantauan VIVAnews, puluhan pekerja bandara masih tampak beraktivitas membersihkan bandara Polonia. Gerai penjualan tiket sudah sepi, begitu juga dengan kafe-kafe, sudah tutup.

"Kami beres-beres mau pindah ke Kualanamu. Kami sudah izin ke TNI AU untuk pindah-pindahkan barang beberapa hari ini ke Kualanamu," kata pegawai toko di bandara. 

No comments:

Post a Comment