Flag Counter

Saturday, November 3, 2012

Medan Sambut Kuala Namu

Oleh: Deddi Gunawan Hutajulu. Ada poin menarik dari percepatan pembangunan Kuala Namu. Apa itu? Pembangunan bandara baru itu seperti mengulangi kisah Jakarta membangun Cengkareng, Monas, dan Istora Senayan di masa lalu supaya Indonesia tampak semarak di mata dunia. Atau, Palembang membangun Jakabaring sehingga PON dihelat di sana dan dunia mengenal Palembang.
 
Paling tidak, di 2014 yang ditargetkan bakal rampung, Sumut akan punya bandara yang membanggakan dengan luas hampir sepuluh kali bandara Polonia yang cuma 144 hektar.

Jelas, pembangunan Bandara Kuala Namu tidak sekadar memaklumkan pendapat Kepala Bappeda Provinsi Sumatera Utara Riadil Akhir Lubis, yang menyebut Polonia itu seperti bandara kampung, pasar malam (kompas.com, 30/8).

Bukan pula karena Polonia sudah tua dan "tak mampu lagi menampung banyaknya penumpang," kata mantan Sekda Provsu RE Nainggolan (waspada 28/7/2011). Lebih dari itu, bandara seluas 1.365 hektar dengan terminal penumpang seluas 86,000 meter kuadrat yang disebut-sebut sanggup memboyong 8,1 juta penumpang per tahun itu tentulah akan menjadi "mercusuar raksasa" yang membuat daerah kita ini jadi terpandang, membanggakan, modern di waktu selanjutnya.

Mendirikan "mercusuar raksasa" bukan perkara gampang. Selain biayanya mahal, juga orang Sumut terlalu banyak pertimbangan kalau mau bangun sesuatu, kalau tidak mau disebut gemar hitung-hitungan dengan untung. Tak heran selama ini nyaris tak ada pembangunan projek "mercusuar" di Sumut. Kuala Namu barang kali unsur "ketidaksengajaan" atau "keterpaksaan" yang tak terelakkan lagi.

Sebab, andai Polonia masih kuat, barang kali takkan terpikir membangun Kuana Namu. Tapi percayalah, dengan segala potensi yang ada di dalamnya, Kuala Namu kelak akan jadi pemantik kebesaran Sumut di mata warga dunia.

Juga amat dimungkinkan anak-anak daerah ini terpacu lebih cerdas, lebih pintar, dan lebih mau setelah mereka punya kesempatan melihat bumi dari atas.

Kita sebut "mercusuar raksasa" sebab diwartakan, Kuala Namu akan punya dua landasan pacu dan tempat parkir pesawat seluas 30 hektar berkapasitas maksimal 33 pesawat. Terminal kargonya seluas 13.000 meter persegi dengan kapasitas parkir tiga pesawat tiap hari. Terminal itu diprediksi sanggup mengangkut 65.000 ton kargo per tahun.

Tak sampai di situ, untuk melancarkan operasional, bandara ini dilengkapi dengan parkir pesawat berkapasitas sebanyak 1.400 roda empat termasuk taxi. Kehebatan lain, akses ke Kualanamu akan ada sepuluh pintu masuk. Didukung pula dengan pembangunan akses jalan tol Medan-Kualanamu sepanjang kurang lebih 60 kilometer, jalan arteri non tol 17,8 kilometer, dan dilengkapi kereta api khusus bandara (http://www.pu.go.id/main/view_pdf/7886).

Bersamaan dengan itu dibangun pula Fly Over (jembatan layang) Jamin Ginting sepanjang 1.472 meter. Pembangunan Fly Over tersebut dimaksudkan untuk mengatasi kemacetan arus lalu lintas di jalan Nasution kota Medan. Seiring dengan itu pengerjaan sarana fisik jalur kereta api Aras Kabu-Bandara Kuala Namu sedang digenjot berbarengan dengan pembangunan terminal city chek in yang mengambil tempat di stasiun besar kereta api Medan.

Lantas, dengan gambaran kebesaran "mercusuar raksasa" itu bagaimana Medan menyambutnya? Selaku ibukota Sumut, Medan tentu punya tanggung jawab dan andil besar.

Salah satunya, menyukseskan pembangunan terminal city chek in. Pastikan rampung sesuai tenggat waktu yang ditentukan dengan kualitas bangunan yang bermutu.

Kemudian, Medan berhadapan dengan masalah kemacetan. Maka, kerja keras Walikota Medan untuk mengurai kemacetan. Itu jadi tantangan! Ya, itu pun mesti diikuti gayung bersambut dari budaya partisipasif masyarakat sadar tertib lalu lintas.

Selanjutnya, masalah parkir. Banyak sekali tempat yang tidak tersedia parkirannya menambah beban kemacetan. Maka, ide menyediakan parker di gedung berlantai atas patut dipertimbangkan.

Begitu juga dengan rencana pengadaan TransMedan sebagai fider moda transportasi ke Kuala Namu harus dipertimbangkan secara matang. Soalnya, baru-baru ini terjadi aksi mogok angkut oleh sejumlah sopir angkot yang menilai kehadiran transportasi massal jenis baru itu sama sekali tak berpihak pada mereka dan para penumpang yang dominan wong cilik.

Di sisi lain, pembangunan Sky Bridge yang mengambil tempat di sisi Lapangan merdeka serta Fly Over di Jamin Ginting mesti bisa dijamin kuat, bermutu, dan berdaya tahan lama.

Sebab, banyak bangunan di Medan didirikan asal jadi tanpa mempertimbangkan mutu.

Begitu juga dengan penetapan jarak berangkat kereta api sekali 30 menit harus disertai dengan kebijakan yang tegas dan disertai dengan penyediaan kereta api yang lebih memadai.

Fasilitas pengaturan lalu lintas kereta api, seperti kualitas jalur rel dan palang pintu buatlah semoderen mungkin.

Jangan yang konvensional. Sebab, kereta api adalah sarana transportasi massal yang paling aman dan paling diminati banyak orang.

http://www.analisadaily.com/news/read/2012/10/24/83264/medan_sambut_kuala_namu/#.UJUxtCK1tiF 

No comments:

Post a Comment