REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Partai
Demokrat Roy Suryo yang juga ahli telematika, menepis anggapan tragedi
kecelakaan dahsyat atas pesawat Sukhoi Superjet-100 karena masih ada
penumpang mengaktifkan telepon seluler (HP) milik mereka saat terbang.
"Kecelakaannya sangat fatal, jadi sama sekali bukan karena 'HP' seperti isu yang banyak beredar. Apalagi HP sudah 'off' ketika pesawat 'take-off' (tinggal landas) dan tidak pernah terdeteksi 'on' (menyala) lagi," katanya di Jakarta, Jumat.
Dikatakannya, meski secara resmi tetap harus menunggu hasil (penyelidikan) Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) setelah memeriksa 'black-box'-nya, tetapi ada beberapa hal yang patut dikritisi.
"Analisa saya terakhir menunjukkan adanya inisiatif untuk berani turun dari 10.000ft (kaki) ke 6000ft, sampai dimungkinkan tidak mengiraukan GPWS, bahkan ketika masih di kecepatan sekitar 400 Km per jam adalah hal yang sangat fatal," tandasnya.
Jadi sekali lagi, menurutnya, ini jelas bukan karena HP seperti isu yang banyak beredar.
"Kan saya katakan tadi, seluruh HP sudah di-'off' (dimatikan) dan tidak pernah terdeteksi 'on' lagi saat pesawat 'take off'," ujarnya.
Disebutnya, kerasnya benturan di lereng Gunung Salak di ketinggian 5800ft ini yang membuat ELT/ELBA sampai sempat berfungsi.
"Itu terjadi karena memperoleh 'impact >25G'. Namun, semoga 'black-box' Masih tetap bisa dianalisa nantinya, sehingga tidak ada info sesat mengenai tragedi mengerikan ini," kata Roy Suryo.
"Kecelakaannya sangat fatal, jadi sama sekali bukan karena 'HP' seperti isu yang banyak beredar. Apalagi HP sudah 'off' ketika pesawat 'take-off' (tinggal landas) dan tidak pernah terdeteksi 'on' (menyala) lagi," katanya di Jakarta, Jumat.
Dikatakannya, meski secara resmi tetap harus menunggu hasil (penyelidikan) Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) setelah memeriksa 'black-box'-nya, tetapi ada beberapa hal yang patut dikritisi.
"Analisa saya terakhir menunjukkan adanya inisiatif untuk berani turun dari 10.000ft (kaki) ke 6000ft, sampai dimungkinkan tidak mengiraukan GPWS, bahkan ketika masih di kecepatan sekitar 400 Km per jam adalah hal yang sangat fatal," tandasnya.
Jadi sekali lagi, menurutnya, ini jelas bukan karena HP seperti isu yang banyak beredar.
"Kan saya katakan tadi, seluruh HP sudah di-'off' (dimatikan) dan tidak pernah terdeteksi 'on' lagi saat pesawat 'take off'," ujarnya.
Disebutnya, kerasnya benturan di lereng Gunung Salak di ketinggian 5800ft ini yang membuat ELT/ELBA sampai sempat berfungsi.
"Itu terjadi karena memperoleh 'impact >25G'. Namun, semoga 'black-box' Masih tetap bisa dianalisa nantinya, sehingga tidak ada info sesat mengenai tragedi mengerikan ini," kata Roy Suryo.
No comments:
Post a Comment