Hal ini terlihat dari pilihan pilot dan kopilot yang memilih turun saat menghindari awan.
VIVAnews - Pilot pesawat Sukhoi SuperJet-100 yang jatuh di Gunung Salak, Jawa Barat, tidak mengenai medan di mana dia menerbangkan pesawat. Hal ini terlihat dari pilihan pilot, Aleksandr Yablontsev dan kopilot Aleksandr Kochetkov saat menghindari awan.
Juru bicara Badan SAR Nasional Gagah Prakoso menjelaskan pilot punya beberapa pilihan untuk menghindari awan tebal. "Mau turun, ke atas, ke kiri atau ke kanan," kata Gagah kepada wartawan di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis 10 Mei 2012.
Nahas, pilot Sukhoi malah memilih turun ke bawah karena melihat di bawah kosong. Mereka tidak sadar, Gunung Salak menjulang sampai ketinggian sekitar 7.000 kaki.
Pesawat ini sempat meminta turun dari ketinggian 10.000 kaki ke 6.000 kaki sesaat sebelum hilang kontak, Rabu sore sekitar pukul 14.33 WIB.
Kontak terakhir dengan Menara Bandara Soekarno-Hatta pesawat sedang menghindari awan. "Saya pikir karena faktor cuaca, dia akhirnya menghindar," imbuhnya. "Mereka tidak mengenal medan dengan baik."
Tak bisa dipungkiri, kedua pilot memang orang asing sehingga tidak mengetahui banyak hal mengenai medan saat menerbangkan pesawat saat berdemo dari Bandara Halim Perdana Kusuma.
Pesawat Sukhoi berpenumpang 45 orang itu ditemukan di Desa Loji, Cijeruk, Bogor dalam kondisi hancur. (ary)
No comments:
Post a Comment