VIVAnews -- Evakuasi korban Superjet-100 yang
menabrak tebing Gunung Salak telah resmi dihentikan, meski demikian tim
SAR Indonesia dan Rusia tetap beraktivitas mencari potongan tubuh para
korban dan serpihan pesawat.
Semalam, tim berhasil menemukan sejumlah potongan tubuh korban yang masih tersisa di lokasi jatuhnya pesawat, juga serpihan pesawat. Mereka dapati perangkat Emergency Locater Transmitter (ELT) dan sebuah parasut yang masih terikat dengan kencang.
Komandan Resimen Militer (Danrem) Surya Kencana 061, Bogor, Kolonel Infantri AM Putranto, mengatakan tim SAR Rusia dan Indonesia juga menemukan sejumlah dokumen milik penumpang. "Serpihan pesawat dan dokumen ini akan dikirim ke Halim Perdanakusuma untuk diselidiki," kata dia di Pasir Pogor, Kabupaten Bogor, Senin 21 Mei 2012.
Soal temuan parasut, AM Putranto mengatakan, dipastikan alat itu belum digunakan. "Masih terlihat terikat kencang. Jadi parasut belum digunakan," tegasnya.
Dia menambahkan, ini adalah hari terakhir bagi tim Rusia untuk bekerja di lokasi jatuhnya pesawat. "Sepuluh anggota tim Rusia hari ini terakhir. Mereka akan kembali ke Jakarta."
Sebelumnya, soal parasut menjadi topik kontroversial dalam kasus kecelakaan pesawat bikinan Rusia itu. Penemuan parasut di dekat jenazah diduga pilot memicu dugaan, penerbang itu berniat melarikan diri saat pesawat dalam kondisi krisis.
Peralatan Keselamatan
Terkait itu, investigator Rusia, Searge Kotrostiev, mengakui memang ada parasut dalam SSJ-100. Namun itu adalah bagian dari peralatan keselamatan pesawat dalam kondisi darurat, tidak dikhususkan bagi pilot untuk melarikan diri.
"Parasut ada, menjadi bagian tidak terpisahkan dari pesawat," kata dia dalam konferensi pers di Lapangan Udara Halim Perdanakusuma, Selasa 15 Mei 2012.
Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Tatang Kurniadi, menegaskan isu pilot Sukhoi, Alexander Yablontsev, melarikan diri belum bisa dibuktikan. "Parasut itu prosedur pertahanan. Kalau pesawat jatuh di hutan atau daerah bersalju, parasut ini bisa dijadikan tenda," kata Tatang, Jumat 18 Mei 2012.
Semalam, tim berhasil menemukan sejumlah potongan tubuh korban yang masih tersisa di lokasi jatuhnya pesawat, juga serpihan pesawat. Mereka dapati perangkat Emergency Locater Transmitter (ELT) dan sebuah parasut yang masih terikat dengan kencang.
Komandan Resimen Militer (Danrem) Surya Kencana 061, Bogor, Kolonel Infantri AM Putranto, mengatakan tim SAR Rusia dan Indonesia juga menemukan sejumlah dokumen milik penumpang. "Serpihan pesawat dan dokumen ini akan dikirim ke Halim Perdanakusuma untuk diselidiki," kata dia di Pasir Pogor, Kabupaten Bogor, Senin 21 Mei 2012.
Soal temuan parasut, AM Putranto mengatakan, dipastikan alat itu belum digunakan. "Masih terlihat terikat kencang. Jadi parasut belum digunakan," tegasnya.
Dia menambahkan, ini adalah hari terakhir bagi tim Rusia untuk bekerja di lokasi jatuhnya pesawat. "Sepuluh anggota tim Rusia hari ini terakhir. Mereka akan kembali ke Jakarta."
Sebelumnya, soal parasut menjadi topik kontroversial dalam kasus kecelakaan pesawat bikinan Rusia itu. Penemuan parasut di dekat jenazah diduga pilot memicu dugaan, penerbang itu berniat melarikan diri saat pesawat dalam kondisi krisis.
Peralatan Keselamatan
Terkait itu, investigator Rusia, Searge Kotrostiev, mengakui memang ada parasut dalam SSJ-100. Namun itu adalah bagian dari peralatan keselamatan pesawat dalam kondisi darurat, tidak dikhususkan bagi pilot untuk melarikan diri.
"Parasut ada, menjadi bagian tidak terpisahkan dari pesawat," kata dia dalam konferensi pers di Lapangan Udara Halim Perdanakusuma, Selasa 15 Mei 2012.
Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Tatang Kurniadi, menegaskan isu pilot Sukhoi, Alexander Yablontsev, melarikan diri belum bisa dibuktikan. "Parasut itu prosedur pertahanan. Kalau pesawat jatuh di hutan atau daerah bersalju, parasut ini bisa dijadikan tenda," kata Tatang, Jumat 18 Mei 2012.
No comments:
Post a Comment