Flag Counter

Sunday, January 6, 2013

Serba Mudah ke Bandara Hongkong

HONGKONG, KOMPAS.com — Ke bandara suatu kota besar kerap menjadi momok bagi para calon penumpang pesawat udara. Macet, banjir, longsor atau badai acap menjadi penghalang untuk tiba di lapangan terbang.

Akan tetapi, di Hongkong, melalui program Airport Express, kekhawatiran itu tidak perlu menjadi masalah. Jarak kota Hongkong dengan Bandara Chek Lap Kok yang mencapai 27 km bisa ditempuh dalam tempo 35 menit, melalui cara-cara modern dan mudah.

Menyadari kesulitan para calon penumpang, otoritas Hongkong SAR membangun sistem transportasi dan administrasi yang memuaskan publik. Hal menarik yang mereka lakukan adalah membangun feeder bus di sejumlah titik Bus-bus berukuran sedang (kapasitas 20 penumpang dan 26 koper) pun disediakan. Feeder bus atau di sini disebut bus penghubung ini akan membawa para penumpang ke stasiun kereta cepat (mass transit rapid/MTR) Tsing Yi atau Stasiun Kowloon.

Di stasiun kereta cepat ini tidak sekadar terdapat stasiun kereta MTR, tetapi juga konter puluhan maskapai penerbangan dunia. Garuda Indonesia juga punya satu konter di sana. Dengan demikian, penumpang langsung dapat check in di konter-konter tersebut, lalu meneruskan perjalanan dengan MTR ke Bandara Chek Lap Kok. Tiba di Chek Lap Kok benar-benar tiba dalam arti sebenarnya. Begitu pintu MTR dibuka, yang terentang di depan mata adalah arena dalam tubuh bandara. Para calon penumpang pesawat benar-benar dimanjakan oleh otoritas Hongkong.

Total perjalanan ke bandara pun singkat. Naik feeder, meski singgah ke beberapa tempat untuk mengangkut penumpang lain, paling lama 17 menit. Tiba di stasiun, langsung beli tiket MTR, check in 5-15 menit (termasuk antre), dan naik MTR menuju bandara, paling lama 20 menit. Naik feeder gratis, sementara naik MTR "hanya" 90 dollar Hongkong ekuivalen Rp 139.500. Bandingkan dengan naik taksi dengan jarak yang sama, sebesar 270 dollar Hongkong setara Rp 418.500. Naik feeder bus dan MTR jauh lebih nyaman dibandingkan dengan naik taksi.

Gaya otoritas Hongkong SAR ini boleh juga menjadi contoh untuk DKI Jakarta yang serba macet. Perjalanan ke bandara jika macet bisa sampai tiga sampai lima jam, begitu pula kalau pulang, dari Bandara Soekarno-Hatta ke dalam kota DKI Jakarta.

No comments:

Post a Comment