Jakarta (ANTARA News) - Menteri BUMN Dahlan Iskan menyetujui PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) membeli kembali pesawat asal China asalkan skemanya menguntungkan dan tidak membebani keuangan perusahaan.
"Sepanjang skema pembelian tidak menyusahkan Merpati saya setuju saja. Yang juga penting bahwa pembelian tersebut tidak membuat Merpati mati," kata Dahlan di Kantor Kementerian BUMN, Jakarat, Selasa.
Ia menjelaskan, sesungguhnya tidak ada masalah dengan pesawat buatan China, yang bermasalah itu adalah soal skema pembeliannya saja.
Diketahui pada 14 Februari 2012 di sela-sela penyelenggaraan Singapore Air Show, Merpati menandatangani nota kesepahaman pembelian sebanyak 40 unit pesawat jenis Jet 100 seater ARJ 21-700 dari Commercial Aircraft Corporation of China, Ltd (COMAC).
Dalam MoU yang juga melibatkan AVIC International Holding Corporation, dan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) itu disepakati, pesawat akan diterima bertahap dalam kurun waktu 4 tahun, dengan asumsi 10 unit setiap tahun mulai tahun 2014 dan sehingga seluruhnya dipenuhi pada 2017.
Menurut Dahlan, keputusan Merpati membeli pesawat tersebut merupakan bagian dari strategi bisnis perusahaan dalam program restrukturisasi yaitu menambah jumlah armada pada periode waktu tertentu.
"Tidak jadi masalah asalkan skemanya tidak seperti ketika Merpati membeli pesawat MA-60 dari Xian Aircraft beberapa tahun lalu. Kalau sama dengan skema MA-60 itu saya tidak akan setujui," tegasnya.
Mantan Direktur Utama PT PLN ini juga menambahkan, bahwa syarat mendapat izin Merpati membeli pesawat baru tersebut tidak menggunakan skema sub loan agreement (SLA), tidak menggunakan penyertaan modal negara (PMN), tidak menggunakan skema kredit ekspor.
"Pokoknya saya tidak setuju jika dalam pembelian pesawat itu menggunakan penjaminan negara," ujarnya.
Sebelumnya SPV Corporate Secretary Merpati Imam T Jakfar mengatakan dalam pembelian 40 unit pesawat ARJ 21-700 tersebut mempersyaratkan kandungan lokal dari pesawat tersebut sebanyak 40 persen disediakan PT Dirgantara Indonesia.
Menanggapi hal itu Dahlan mengatakan, skema tersebut tentu tidak akan memberatkan Merpati yang saat ini memiliki utang besar.
"Di tengah kondisi merugi, keputusan manajemen untuk membeli pesawat sudah tepat. Karena kalau tidak beli pesawat bisa tambah mati. Merpati perlu menambah pesawat sekarang, bukan tiga tahun lagi supaya bisa berkembang," ujarnya.
Pada kesempatan itu Dahlan juga meminta Merpati segera mengoperasikan sebanyak 16 pesawat jenis MA-60 dari Xian Aircraft yang sempat menjadi permasalahan di tubuh Merpati.
source: http://www.antaranews.com/berita/298259/dahlan-setuju-merpati-beli-lagi-pesawat-china
"Sepanjang skema pembelian tidak menyusahkan Merpati saya setuju saja. Yang juga penting bahwa pembelian tersebut tidak membuat Merpati mati," kata Dahlan di Kantor Kementerian BUMN, Jakarat, Selasa.
Ia menjelaskan, sesungguhnya tidak ada masalah dengan pesawat buatan China, yang bermasalah itu adalah soal skema pembeliannya saja.
Diketahui pada 14 Februari 2012 di sela-sela penyelenggaraan Singapore Air Show, Merpati menandatangani nota kesepahaman pembelian sebanyak 40 unit pesawat jenis Jet 100 seater ARJ 21-700 dari Commercial Aircraft Corporation of China, Ltd (COMAC).
Dalam MoU yang juga melibatkan AVIC International Holding Corporation, dan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) itu disepakati, pesawat akan diterima bertahap dalam kurun waktu 4 tahun, dengan asumsi 10 unit setiap tahun mulai tahun 2014 dan sehingga seluruhnya dipenuhi pada 2017.
Menurut Dahlan, keputusan Merpati membeli pesawat tersebut merupakan bagian dari strategi bisnis perusahaan dalam program restrukturisasi yaitu menambah jumlah armada pada periode waktu tertentu.
"Tidak jadi masalah asalkan skemanya tidak seperti ketika Merpati membeli pesawat MA-60 dari Xian Aircraft beberapa tahun lalu. Kalau sama dengan skema MA-60 itu saya tidak akan setujui," tegasnya.
Mantan Direktur Utama PT PLN ini juga menambahkan, bahwa syarat mendapat izin Merpati membeli pesawat baru tersebut tidak menggunakan skema sub loan agreement (SLA), tidak menggunakan penyertaan modal negara (PMN), tidak menggunakan skema kredit ekspor.
"Pokoknya saya tidak setuju jika dalam pembelian pesawat itu menggunakan penjaminan negara," ujarnya.
Sebelumnya SPV Corporate Secretary Merpati Imam T Jakfar mengatakan dalam pembelian 40 unit pesawat ARJ 21-700 tersebut mempersyaratkan kandungan lokal dari pesawat tersebut sebanyak 40 persen disediakan PT Dirgantara Indonesia.
Menanggapi hal itu Dahlan mengatakan, skema tersebut tentu tidak akan memberatkan Merpati yang saat ini memiliki utang besar.
"Di tengah kondisi merugi, keputusan manajemen untuk membeli pesawat sudah tepat. Karena kalau tidak beli pesawat bisa tambah mati. Merpati perlu menambah pesawat sekarang, bukan tiga tahun lagi supaya bisa berkembang," ujarnya.
Pada kesempatan itu Dahlan juga meminta Merpati segera mengoperasikan sebanyak 16 pesawat jenis MA-60 dari Xian Aircraft yang sempat menjadi permasalahan di tubuh Merpati.
source: http://www.antaranews.com/berita/298259/dahlan-setuju-merpati-beli-lagi-pesawat-china
No comments:
Post a Comment