Jakarta - Kementerian Perhubungan (Kemhub) membenarkan rute-rute penerbangan yang akan diberikan pada Malaysia akan dituangkan dalam nota kesepahaman (MoU). Namun Kemhub menegaskan, Indonesia tetap diuntungkan dalam MoU yang akan diteken itu.
"Ya kalau dilihat perkembangannya dan jumlahnya itu untung, kalau dihitung total. Kita kan ini resiprokal (timbal balik, red), masing-masing bisa memanfaatkan. Nanti mereka mengajukan kita juga akan mengajukan. Sesuai yang disepakati. Kita bisa bilang tidak setuju," jelas Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Dirjen Hubud Kemenhub) Herry Bakti Singayudha Gumay.
Hal itu dikatakan Herry di sela-sela Indonesia Airport Development Summit di Hotel Borobudur, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Rabu (23/11/2011).
Herry mengatakan jangan hanya melihat ujungnya saja, karena MoU yang disebutkan belum diteken dan dilaksanakan.
"Jadi itu pernah ditandatangani di level menteri lalu turun ke Dirjen. Tahun 2003 sudah diteken. Tapi ada pembicaraan untuk ditingkatkan tahun 2009 sampai 2011. Tapi yang 2011 belum ditandatangani. Sebelumnya pada 2010 pernah ada leader meeting antara Presiden SBY dan Perdana Menteri Malaysia. Hasilnya diperlukan peningkatan trafik antara Indonesia dan Malaysia," jelas Herry.
Malaysia, imbuh Herry, hendak menambah 100 unit pesawat untuk mengambil penumpang dari rute Jakarta, Makassar dan Denpasar dan itu sudah disepakati sejak 2003. Namun pada tahun 2009, Ditjen Hubud Kemenhub pada tahun 2009 tidak mau memberikan 100 unit pesawat langsung, namun 50 persennya dulu untuk mengambil penumpang di 3 bandara besar di Indonesia itu.
"Jadi kita kumpulkan dulu 50 lebih unit misalnya, bisa juga untuk rute yang ramai seperti ke India, yang asalnya 4 kali per minggu jadi 7 kali per minggu. Tapi ini belum berjalan. Proses negosiasi masih berlangsung. Baru disepakati di level direktur. Dari Malaysia belum ditandatangani. Harus ditandatangani dulu baru bisa berjalan. Jangan dilihat hanya ujungnya saja, saya sudah baca itu. Saya sudah baca seolah-olah kita telah negosiasi. Jangan dilihat ujungnya," tegas dia.
Sebelumnya pengamat kebijakan publik Agus Pambagio mendapatkan dokumen MoU antara RI dan Malaysia yang ditunjukkan temannya yang hadir di KTT ASEAN di Bali pekan lalu.
Dalam dokumen yang didapatkan Agus, maskapai Malaysia berhak mengambil penumpang dari 3 bandara di Indonesia yaitu Soekarno-Hatta, Cengkareng; Sultan Hasanuddin, Makassar dan Ngurah Rai, Denpasar. Rute yang diberikan maskapai Malaysia, kota-kota di Indonesia dan Australia dengan frekuensi 7 kali per minggu.
Sedangkan maskapai Indonesia, berhak mengambil penumpang dari 3 bandara di Malaysia yaitu di Kuala Lumpur, Kuching dan Kinabalu. Rute yang diberikan maskapai Indonesia dari 3 bandara itu adalah, kota-kota Asia 36 kali per minggu, kota-kota di Eropa 14 kali per minggu, kota-kota Timur Tengah 21 kali per minggu, kota-kota di AS 14 kali per minggu.
"Malaysia dapat rute gemuk, kita oleh Malaysia ditukar dengan rute kurus yang pasti tidak ada penumpangnya meski frekuensinya lebih banyak. Kalau benar, harga diri kita digadaikan oleh Kemenhub. Terbukti Terminal III jadi hub-nya penerbangan Malaysia (Air Asia, red)," jelas Agus.
No comments:
Post a Comment