JAKARTA- Kementerian Perhubungan mencatat akan ada empat perusahaan 
penerbangan niaga berjadwal yang akan beroperasi pada tahun depan yakni 
Batik Air, Nam Air, Kartika Airlines, dan Jatayu.
 Direktur Angkutan Udara Ditjen Perhubungan Udara Kementerian 
Perhubungan Djoko Murjatmodjo mengatakan keempat calon maskapai ini 
tengah melakukan proses pengajuan izin usaha maupun izin terbang.
 "Dari empat calon maskapai itu, yang sudah memegang surat izin usaha 
penerbangan (SIUP) adalah Batik Air, anak usaha Lion Air," kata Djoko 
kepada Bisnis, saat ditemui dikantornya, Selasa (20/11/2012).
 Dia menjelaskan Batik Air kini proses mengurus Air Operator Certificate
 (AOC), atau sertifikat izin operasi, sedangkan ketiga maskapai lainnya,
 yakni Nam Air, anak usaha Sriwijaya Air, Kartika Airlines, dan Jatayu 
masih proses SIUP.
 "Kartika dan Jatayu sebenarnya maskapai lama, tetapi karena sudah lama 
tidak terbang, izinnya hangus, dan sekarang mereka harus mengurus izin 
baru karena berniat terbang lagi," kata Djoko.
 Dari keempat calon maskapai ini, lanjut Djoko, dua diantaranya untuk 
penerbangan kelas premium, yakni Batik Air dan Nam Air. Lion Air, 
sebagai induk perusahaan Batik Air, akan mengembangkan lini bisnisnya ke
 penerbangan kelas premium, dari yang saat ini penerbangan bertarif 
rendah atau low cost carrier (LCC).
 Begitu juga dengan Sriwijaya Air, Djoko melanjutkan, dengan Nam Air, 
Sriwijaya Air melebarkan lini bisnisnya ke pasar penerbangan kelas 
premium, sedangkan Sriwijaya Air sendiri masih melayani kelas medium.
 Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Herry Bakti S. Gumay mengatakan 
munculnya maskapai-maskapai baru ini menandakan pasar penerbangan 
nasional masih terus bertumbuh.
 "Bayangkan saja, dari 240 juta penduduk Indonesia, jumlah penumpang 
udara sepanjang 2011 baru 70 juta, sedangkan satu orang diperkirakan 
rata-rata terbang 2-3 kali per tahun, artinya hanya sekitar 30-an persen
 dari total penduduk Indonesia yang sudah menikmati moda pesawat udara,"
 kata Herry.
 Menurutnya, pasar penerbangan nasional masih terus bertumbuh sekitar 
15%-20% per tahun, seiring pertumbuhan ekonomi nasional rata-rata 6% 
setahun. Pada Semester I/2012 ini saja, jumlah penumpang udara sudah 
bertumbuh 19% menjadi 38 juta orang, baik penumpang domestik maupun 
internasional.
 Dia menargetkan hingga akhir tahun jumlah penumpang udara dua kali 
lipat dari jumlah semester satu, yakni sekitar 76 juta penumpang. "Angka
 ini hanya pertumbuhan secara moderat, belum menghitung peak season 
Natal dan Tahun Baru yang tentunya angkanya akan lebbih tinggi," kata 
Herry.
 Menurut Herry, pertumbuhan jumlah penumpang ini sudah diperhitungkan 
perusahaan penerbangan di Tanah Air dengan meresponnya melalui 
penambahan armada maupun mendirikan anak usaha baru untuk melayani 
penerbangan kelas yang berbeda seperti Lion Air dengan Batik Air.
 Herry menyebutkan penambahan kapasitas dengan menambah armada oleh 
maskapai di Tanah Air tidak menyebabkan kelebihan pasokan, karena 
pertumbuhan penawaran mengikuti pertumbuhan permintaan.
 "Jadi persaingan dibisnis penerbangan nasional masih kompetitif, masih 
persaingan sehat. Kalaupun ada satu-dua maskapai yang mengurangi rute 
terbangnya, ataupun menutup usahanya, bukan karena pasar yang sudah 
jenuh, tetapi karena strategi usaha untuk menjaga efisiensi," kata 
Herry.
 Direktur Umum Lion Air Edward Sirait mengatakan SIUP Batik Air sudah 
ditangan, dan sekarang proses AOC. Ditargetkan sudah dapat beroperasi 
pada Mei 2013.
 "Memang sedikit molor dari target semula, beroperasi pada Maret 2013, 
ini karena disesuaikan dengan schedule kedatangan pesawat," ucapnya.
No comments:
Post a Comment