Jakarta - Pemerintah Indonesia dan Boeing Company telah
menandatangani kesepakatan memorandum of agreement (MoA) terkait
offset/kompensasi atas pembelian pesawat Boeing oleh maskapai Indonesia.
Ini jerih payah yang berproses sangat panjang. Bila terkait MoA ini
Boeing bisa memberikan kompensasi 30%, menurut Presiden SBY, akan sangat
baik.
"Kerja sama dengan Boeing, ini jerih payah kita, termasuk Dubes kita di sini (AS), menteri-menteri terkait. Saya sudah dilapori sejak lama, tapi ini perjuangan yang tidak mudah," kata Presiden SBY dalam jumpa pers di Hotel Millenium UN Plaza, New York, AS, Jumat (28/9/2012) siang waktu setempat sesaat sebelum bertolak menuju Jakarta.
Sebelumnya SBY ditanya mengenai isi MoA yang ditandatangani pemerintah RI yang diwakili Dubes RI di AS Dino Patti Djalal dengan Boeing Company pada Senin (24/9/2012). Sebelumnya sempat muncul informasi bahwa akan ada kesepakatan offset dari Boeing sebesar 30 persen. Namun, ternyata besaran offset ini tidak tercantum dalam MoA.
SBY belum mendapat laporan hal ini. Namun SBY berharap bila nilai 30% itu bisa disepakati tentu akan sangat baik. Meski begitu, SBY menilai MoA yang sudah diteken antara pemerintah Indonesia dengan Boeing sudah merupakan kemajuan yang sangat baik dan akan menguntungkan Indonesia.
"Sudah ditandatangani. Kalau ada nilai kerja sama dengan Indonesia, misalnya ada (pembelian pesawat senilai) US$ 30 miliar, perjuangan kita bisa mendapat porsi dari keuntungan itu untuk bangsa kita, industri strategis kita, untuk ini saya belum dilapori dubes dan menteri, kalau dapat direalisasikan mendapat 30% itu sangat baik, ini direct benefit yang kita terima dalam kerja sama dengan Boeing," kata SBY.
Mengenai transfer teknologi terkait MoA dengan Boeing, Presiden SBY menilai hal itu tidak mudah. "Saya sudah kenyang bertahun-tahun berhubungan dalam forum G20, APEC, ASEAN, tapi yang namanya transfer teknologi dari negara yang menguasai teknologi itu tidak mudah dilaksanakan," kata SBY.
"Mengapa? Karena selama puluhan tahun mereka mengembangkan teknologi, dan untuk menguasai teknologi itu perlu puluhan tahun dengan menghabiskan resources yang besar. Karena itu, tidak bisa begitu saja teknologi itu ditransfer ke negara lain begitu saja," lanjut SBY.
Karena itu, SBY mengubah format dalam bekerja sama dengan pihak lain terkait transfer teknologi. "Formatnya kita ubah. Saya sadar transfer teknologi mudah diretorikan, tapi sulit dilakukan. Karena itu kita pilih joint research and development, joint investment, joint production. Ini yang sudah dilaksanakan PT Dirgantara Indonesia (DI) dan Pindad dalam bekerja sama dengan Korea Selatan dan sejumlah negara sahabat lainnya," kata SBY.
Dengan cara ini, lanjut SBY, dalam waktu lima atau sepuluh atau limabelas tahun kemudian, transfer teknologi itu bisa dilakukan dengan otomatis. "Cara seperti ini make sense, mereka juga tidak merasa bahwa jerih payah mereka diambil begitu saja, tapi kita dapat benefit. Ini yang dihasilkan oleh Dubes Dino," ujar SBY.
Sementara itu, Dino Patti Djalal membenarkan bahwa nilai offset 30% memang tidak dicantumkan dalam MoA dengan Boeing. Karena pihak Boeing juga sangat hati-hati dan menyampaikan jangan sampai MoA yang sudah diteken hanya sekadar MoA. Yang jelas, di lapangan nanti nilai yang bisa didapatkan sekitar itu.
"MoA ini sudah bisa segera dilakukan," kata Dino saat ditanya kapan MoA ini bisa direalisasikan. MoA ini berisikan mengenai kerja sama terkait beberapa hal, termasuk pengembangan sumber daya manusia. Beberapa instansi yang terkait langsung dengan kerja sama dengan Boeing adalah PT Dirgantara Indonesia (DI) dan Kementerian Perhubungan.
"Kerja sama dengan Boeing, ini jerih payah kita, termasuk Dubes kita di sini (AS), menteri-menteri terkait. Saya sudah dilapori sejak lama, tapi ini perjuangan yang tidak mudah," kata Presiden SBY dalam jumpa pers di Hotel Millenium UN Plaza, New York, AS, Jumat (28/9/2012) siang waktu setempat sesaat sebelum bertolak menuju Jakarta.
Sebelumnya SBY ditanya mengenai isi MoA yang ditandatangani pemerintah RI yang diwakili Dubes RI di AS Dino Patti Djalal dengan Boeing Company pada Senin (24/9/2012). Sebelumnya sempat muncul informasi bahwa akan ada kesepakatan offset dari Boeing sebesar 30 persen. Namun, ternyata besaran offset ini tidak tercantum dalam MoA.
SBY belum mendapat laporan hal ini. Namun SBY berharap bila nilai 30% itu bisa disepakati tentu akan sangat baik. Meski begitu, SBY menilai MoA yang sudah diteken antara pemerintah Indonesia dengan Boeing sudah merupakan kemajuan yang sangat baik dan akan menguntungkan Indonesia.
"Sudah ditandatangani. Kalau ada nilai kerja sama dengan Indonesia, misalnya ada (pembelian pesawat senilai) US$ 30 miliar, perjuangan kita bisa mendapat porsi dari keuntungan itu untuk bangsa kita, industri strategis kita, untuk ini saya belum dilapori dubes dan menteri, kalau dapat direalisasikan mendapat 30% itu sangat baik, ini direct benefit yang kita terima dalam kerja sama dengan Boeing," kata SBY.
Mengenai transfer teknologi terkait MoA dengan Boeing, Presiden SBY menilai hal itu tidak mudah. "Saya sudah kenyang bertahun-tahun berhubungan dalam forum G20, APEC, ASEAN, tapi yang namanya transfer teknologi dari negara yang menguasai teknologi itu tidak mudah dilaksanakan," kata SBY.
"Mengapa? Karena selama puluhan tahun mereka mengembangkan teknologi, dan untuk menguasai teknologi itu perlu puluhan tahun dengan menghabiskan resources yang besar. Karena itu, tidak bisa begitu saja teknologi itu ditransfer ke negara lain begitu saja," lanjut SBY.
Karena itu, SBY mengubah format dalam bekerja sama dengan pihak lain terkait transfer teknologi. "Formatnya kita ubah. Saya sadar transfer teknologi mudah diretorikan, tapi sulit dilakukan. Karena itu kita pilih joint research and development, joint investment, joint production. Ini yang sudah dilaksanakan PT Dirgantara Indonesia (DI) dan Pindad dalam bekerja sama dengan Korea Selatan dan sejumlah negara sahabat lainnya," kata SBY.
Dengan cara ini, lanjut SBY, dalam waktu lima atau sepuluh atau limabelas tahun kemudian, transfer teknologi itu bisa dilakukan dengan otomatis. "Cara seperti ini make sense, mereka juga tidak merasa bahwa jerih payah mereka diambil begitu saja, tapi kita dapat benefit. Ini yang dihasilkan oleh Dubes Dino," ujar SBY.
Sementara itu, Dino Patti Djalal membenarkan bahwa nilai offset 30% memang tidak dicantumkan dalam MoA dengan Boeing. Karena pihak Boeing juga sangat hati-hati dan menyampaikan jangan sampai MoA yang sudah diteken hanya sekadar MoA. Yang jelas, di lapangan nanti nilai yang bisa didapatkan sekitar itu.
"MoA ini sudah bisa segera dilakukan," kata Dino saat ditanya kapan MoA ini bisa direalisasikan. MoA ini berisikan mengenai kerja sama terkait beberapa hal, termasuk pengembangan sumber daya manusia. Beberapa instansi yang terkait langsung dengan kerja sama dengan Boeing adalah PT Dirgantara Indonesia (DI) dan Kementerian Perhubungan.
No comments:
Post a Comment