TRIBUN-MEDAN.com,
MEDAN - Selama sebulan penuh Said Ridwan General Manager Angkasa Pura
II (Persero) mendapat pembekalan di Korea Selatan. Ini merupakan bagian
dari kesepakatan kerjasama sister airport antara Indonesia-Korea Selatan
dalam mengembangkan Bandara Kualanamu yang disepakati mendapat dukungan
dari Icheon Airport.
Selama bertugas di Korsel, posisi Said pun digantikan oleh Selamet Samiaji. Namun siapa sangka Said mendapatkan pelajaran penting kebiasaan masyarakat Korsel dibandingkan masyarakatnya di tanah air.
"Di Korea itu, pagi hari para tukang itu sudah mulai bekerja. Di tengah hujan salju mereka sudah memulai aktifitasnya di Bandara," ujarnya di Medan, Selasa (8/1).
Diakuinya, etos kerja masyarakat di sana lebih tinggi dibandingkan di Indonesia, sehingga Korsel saat ini lebih maju dan bisa disejajarkan dengan negara maju yang lainnya seperti Jepang maupun China.
Makanya tidak heran negara ini bisa menjadi negara industri yang cukup diperhitungkan, "jadi memang kita akui etos kerja mereka lebih tinggi dibandingkan kita," katanya.
Selama di Korsel, Said mendapatkan informasi kalau Icheon memiliki kapasitas penumpang sebesar 100 juta penumpang per tahunnya. Namun itupun baru terpenuhi sebesar 35 juta penumpang per tahun. Ini berbanding terbalik dengan di Bandara Polonia Medan.
"Jadi sangat luas sekali bandaranya. Kalau kita kan kapasitas 900 ribu penumpang, tapi dipaksakan untuk melayani penumpang yang jumlahnya 7 juta penumpang per tahun," ungkapnya.
Beruntung katanya, Bandara Kualanamu Maret nanti bakal dioperasionalkan yang bisa menampung jumlah penumpang 8 juta - 9 juta penumpang dan dinilai bakal lebih nyaman dibandingkan Bandara Polonia Medan. "Namun itupun bisa bertambah secara bertahap, ultimate bisa melayani hingga 23 juta penumpang lah," katanya.
Selama di Korsel, Said juga mempelajari kalau Icheon Airport sangat wellcome dengan para penumpang internasional yang datang ke negaranya.
Ia menyaksikan kalau para penumpang yang datang di sambut dengan kebudayaan setempat, sehingga membuat penumpang yang datang merasa menjadi lebih terhormat dari sambutan yang diberikan.
Selama bertugas di Korsel, posisi Said pun digantikan oleh Selamet Samiaji. Namun siapa sangka Said mendapatkan pelajaran penting kebiasaan masyarakat Korsel dibandingkan masyarakatnya di tanah air.
"Di Korea itu, pagi hari para tukang itu sudah mulai bekerja. Di tengah hujan salju mereka sudah memulai aktifitasnya di Bandara," ujarnya di Medan, Selasa (8/1).
Diakuinya, etos kerja masyarakat di sana lebih tinggi dibandingkan di Indonesia, sehingga Korsel saat ini lebih maju dan bisa disejajarkan dengan negara maju yang lainnya seperti Jepang maupun China.
Makanya tidak heran negara ini bisa menjadi negara industri yang cukup diperhitungkan, "jadi memang kita akui etos kerja mereka lebih tinggi dibandingkan kita," katanya.
Selama di Korsel, Said mendapatkan informasi kalau Icheon memiliki kapasitas penumpang sebesar 100 juta penumpang per tahunnya. Namun itupun baru terpenuhi sebesar 35 juta penumpang per tahun. Ini berbanding terbalik dengan di Bandara Polonia Medan.
"Jadi sangat luas sekali bandaranya. Kalau kita kan kapasitas 900 ribu penumpang, tapi dipaksakan untuk melayani penumpang yang jumlahnya 7 juta penumpang per tahun," ungkapnya.
Beruntung katanya, Bandara Kualanamu Maret nanti bakal dioperasionalkan yang bisa menampung jumlah penumpang 8 juta - 9 juta penumpang dan dinilai bakal lebih nyaman dibandingkan Bandara Polonia Medan. "Namun itupun bisa bertambah secara bertahap, ultimate bisa melayani hingga 23 juta penumpang lah," katanya.
Selama di Korsel, Said juga mempelajari kalau Icheon Airport sangat wellcome dengan para penumpang internasional yang datang ke negaranya.
Ia menyaksikan kalau para penumpang yang datang di sambut dengan kebudayaan setempat, sehingga membuat penumpang yang datang merasa menjadi lebih terhormat dari sambutan yang diberikan.
No comments:
Post a Comment