JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk, Emirsyah Satar melihat bahwa konsolidasi di
industri penerbangan akan terjadi. Pasalnya, kata dia, maskapai harus
mempunyai skala ekonomi yang besar untuk bisa bertahan.
"Di outlook kita, kita juga akan melihat konsolidasi akan terjadi. Airlines untuk survive harus ada economies of scale cukup besar, kalau kecil-kecil itu susah untuk secara ekonomis. Jadi ini yang terjadi itu juga baru-baru ini (AirAsia akuisisi Batavia Air)," sebut Emirsyah, di Jakarta, Rabu (1/8/2012).
Ia pun mengatakan, Garuda Indonesia sudah mempunyai strategi untuk bertahan di industri penerbangan domestik. Strategi itu adalah quantum leap.
Salah satu strateginya, sebut Emirsyah, adalah Garuda akan memperbesar maskapai berbiaya murahnya yakni Citilink. "Dan Garuda tetap kita di full service dengan middle-up market," sambung dia.
Dalam kesempatan yang sama, Chief Executive Officer PT Citilink Indonesia, M Arif Wibowo menyebutkan, terjadinya konsolidasi antarmaskapai di industri penerbangan nasional merupakan sebuah tantangan baru.
Oleh sebab itu, menurut Arif, Citilink harus cepat tumbuh dengan kalkulasi yang baik. Pertumbuhan Citilink minimal harus berada di atas pertumbuhan pasar yakni 18 persen untuk segmen menengah-bawah. Ini harus dicapai demi kestabilan maskapai. "Menambah kapasitas 57 persen dibandingkan tahun lalu. Dan frekuensi di semester dua lebih banyak daripada semester satu," kata Arif.
"Di outlook kita, kita juga akan melihat konsolidasi akan terjadi. Airlines untuk survive harus ada economies of scale cukup besar, kalau kecil-kecil itu susah untuk secara ekonomis. Jadi ini yang terjadi itu juga baru-baru ini (AirAsia akuisisi Batavia Air)," sebut Emirsyah, di Jakarta, Rabu (1/8/2012).
Ia pun mengatakan, Garuda Indonesia sudah mempunyai strategi untuk bertahan di industri penerbangan domestik. Strategi itu adalah quantum leap.
Salah satu strateginya, sebut Emirsyah, adalah Garuda akan memperbesar maskapai berbiaya murahnya yakni Citilink. "Dan Garuda tetap kita di full service dengan middle-up market," sambung dia.
Dalam kesempatan yang sama, Chief Executive Officer PT Citilink Indonesia, M Arif Wibowo menyebutkan, terjadinya konsolidasi antarmaskapai di industri penerbangan nasional merupakan sebuah tantangan baru.
Oleh sebab itu, menurut Arif, Citilink harus cepat tumbuh dengan kalkulasi yang baik. Pertumbuhan Citilink minimal harus berada di atas pertumbuhan pasar yakni 18 persen untuk segmen menengah-bawah. Ini harus dicapai demi kestabilan maskapai. "Menambah kapasitas 57 persen dibandingkan tahun lalu. Dan frekuensi di semester dua lebih banyak daripada semester satu," kata Arif.
No comments:
Post a Comment