Jakarta
KNKT langsung bergerak untuk menyelidiki penyebab pesawat Sriwijaya Air
yang seharusnya mendarat di Bandara International Minangkabau (BIM)
justru nyasar ke Bandara Tabing Padang, Sumatera Barat (Sumbar). Rekaman
percakapan di kokpit pesawat serta data penerbangan sudah dipegang
KNKT.
"Saat ini sedang diinvestigasi oleh KNKT. Flight Data Recorder dan Cockpit Voice Recorder sudah dipegang KNKT," ujar Kepala Puskom Publik Kemenhub, Bambang S Ervan, saat dihubungi, Minggu (14/10/2012).
Data-data itu akan menjadi acuan KNKT untuk memastikan siapa yang harus bertanggung jawab dalam insiden ini. Bambang juga berharap semua menahan diri untuk berspekulasi mengenai kejadian itu.
Berdasarkan informasi dari ATC, pilot Sriwijaya Air Capt J Gudonis, mengaku sudah melihat landasan 33 atau Bandara International Minangkabau. Pihak ATC kemudian mengizinkan pesawat itu untuk mendarat.
Namun apa yang terjadi, pesawat yang lepas landas dari Medan mengangkut 96 penumpang ini justru malah mendarat di landasan 34 atau Bandara Tabing Padang. Memang jarak kedua bandara ini memang terbilang cukup dekat.
Berdasarkan penelusuran dari wikipedia, jaraknya diperkirakan hanya 14 Km saja. Bandar Udara Tabing jaraknya 9 Km dari pusat kota. Sedangkan Bandar Udara Minangkabau berjarak 23 Km dari pusat kota.
"Meski dekat, kan nggak bisa salah mendarat," jelas Bambang.
General Manejer Angkasa Pura II, Agus Kemal, memastikan tidak ada yang salah dari panduan ATC. Seluruh peralatan komunikasi yang ada di Bandara Minangkabau berjalan dengan baik. Agus menduga kesalahan karena pilot kurang mengerti wilayah. Sementara itu, pihak Sriwijaya Air sendiri menyerahkan sepenuhnya persoalan ini kepada KNKT.
"Saat ini sedang diinvestigasi oleh KNKT. Flight Data Recorder dan Cockpit Voice Recorder sudah dipegang KNKT," ujar Kepala Puskom Publik Kemenhub, Bambang S Ervan, saat dihubungi, Minggu (14/10/2012).
Data-data itu akan menjadi acuan KNKT untuk memastikan siapa yang harus bertanggung jawab dalam insiden ini. Bambang juga berharap semua menahan diri untuk berspekulasi mengenai kejadian itu.
Berdasarkan informasi dari ATC, pilot Sriwijaya Air Capt J Gudonis, mengaku sudah melihat landasan 33 atau Bandara International Minangkabau. Pihak ATC kemudian mengizinkan pesawat itu untuk mendarat.
Namun apa yang terjadi, pesawat yang lepas landas dari Medan mengangkut 96 penumpang ini justru malah mendarat di landasan 34 atau Bandara Tabing Padang. Memang jarak kedua bandara ini memang terbilang cukup dekat.
Berdasarkan penelusuran dari wikipedia, jaraknya diperkirakan hanya 14 Km saja. Bandar Udara Tabing jaraknya 9 Km dari pusat kota. Sedangkan Bandar Udara Minangkabau berjarak 23 Km dari pusat kota.
"Meski dekat, kan nggak bisa salah mendarat," jelas Bambang.
General Manejer Angkasa Pura II, Agus Kemal, memastikan tidak ada yang salah dari panduan ATC. Seluruh peralatan komunikasi yang ada di Bandara Minangkabau berjalan dengan baik. Agus menduga kesalahan karena pilot kurang mengerti wilayah. Sementara itu, pihak Sriwijaya Air sendiri menyerahkan sepenuhnya persoalan ini kepada KNKT.
No comments:
Post a Comment