TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA --Menjelang pemberlakuan Asean Single Aviation Market (ASAM) pada 2015, perusahaan-perusahaan bengkel pesawat di Indonesia pun harus ikut bersaing memberikan layanan reparasipesawat-pesawat milik maskapai di Indonesia.
Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono mengatakan, bisnis perusahaan MRO (maintenance, repair, overhaul) atau bengkel pesawat di Indonesia terus berkembang. Akibatnya terus menciptakan lapangan usaha bagi masyarakat. "Sekarang kita butuh teknisi MRO sebanyak 5.000 orang hingga lima tahun ke depan," kata Bambang saat membuka seminar yang digelar Indonesia Aircraft Maintenance Shop Association (IAMSA), Rabu (21/11/2012).
Kebutuhan tersebut, jelasnya, sebagai bagian dari langkah IAMSA untuk meningkatkan pelayanan perusahaan MRO kepada maskapai-maskapai di Indonesia. Menurutnya, maskapai-maskapai di Indonesia masih banyak yang merawat pesawatnya di luar negeri, padahal di Indonesia sudah banyak perusahaan MRO, seperti GMF AeroAsia dan Merpati Maintenance Facility (MMF).
"Saat ini MRO di Indonesia baru dapat merawat sebanyak 30 persen saja. Dalam lima tahun ke depan kita ingin agar bisa ditingkatkan menjadi 50 persen atau 60 persen," ujarnya.
Apalagi pada saat ini, dunia penerbangan di Indonesia tumbuh sangat cepat. Pada 2012 ini, jelasnya, pertumbuhan diperkirakan bisa mencapai 15 persen. Jumlah pesawat jetnya pun meningkat dari 308-an menjadi 400 lebih pada 2012 ini.
Sementara Ketua Umum IAMSA, Richard Budihadianto mengatakan, pihaknya sedang mempersiapkan diri dalam persaingan di ASAM 2015 mendatang. "ASAM menjadi tantangan bagi idustri penerbangan dan industri perawatan pesawat. Pasar akan tumbuh dan kita harus memberikan layanan penuh dengan meningkatkan kualitas, kapabilitas danb kapasitas, agar bisa menyerap pasar domestik dan internasional," kata Richard yang juga Dirut PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia.
No comments:
Post a Comment