MUMBAI, KOMPAS.com - Maskapai India, Kingfisher
Airlines telah kehilangan izin terbang, setelah gagal memenuhi sejumlah
persyaratan sebuat maskapai di India. Maskapai ini tidak beroperasi
sejak bulan Oktob er 2012 sejak aksi mogok karyawan yang gajinya tidak
lagi dibayarkan perusahaan.
"Izin terbang Kingfisher, tidak lagi berlaku," kata Direktur Jenderal Penerbangan Sipil India Arun Mishra, dikutip dari kantor berita AFP, Selasa (1/1/2013).
Meski demikian juru bicara Kingfisher Airlines Prakash Mirpuri tetap menyatakan kepercayaan diri maskapai itu untuk mendapat persetujuan dari otoritas dalam rencana baru mereka. Kingfisher kini berutang jutaan dollar Amerika ke bank, bandara, penyuplai avtur, dan staf merekanamun terus berupaya mencari suntikan dana segar dari investor luar negeri.
Kisah Kingfisher merupakan kisah terburuk dari sebuah maskapai di India. Industri penerbangan di India, pada tahun lalu memang diwarnai oleh tingginya harga avtur, perang tarif, dan minimnya dukungan infrastruktur bandara.
Bila awalnya Kingfisher dikenal sebagai maskapai kedua terbesar di India, maka penetrasi pasarnya melorot menjadi hanya 3,5 persen penetrasi terendah di India, sebelum akhirnya benar-benar tak beroperasi.
Kingfisher, sebenarnya mengatakan, sedang dalam pembicaraan dengan beberapa investor luar negeri seperti Etihad Airways, yang beroperasi dari Abu Dhabi. Meski demikian, para analis meragukan keterangan dari Kingfisher tersebut.
"Izin terbang Kingfisher, tidak lagi berlaku," kata Direktur Jenderal Penerbangan Sipil India Arun Mishra, dikutip dari kantor berita AFP, Selasa (1/1/2013).
Meski demikian juru bicara Kingfisher Airlines Prakash Mirpuri tetap menyatakan kepercayaan diri maskapai itu untuk mendapat persetujuan dari otoritas dalam rencana baru mereka. Kingfisher kini berutang jutaan dollar Amerika ke bank, bandara, penyuplai avtur, dan staf merekanamun terus berupaya mencari suntikan dana segar dari investor luar negeri.
Kisah Kingfisher merupakan kisah terburuk dari sebuah maskapai di India. Industri penerbangan di India, pada tahun lalu memang diwarnai oleh tingginya harga avtur, perang tarif, dan minimnya dukungan infrastruktur bandara.
Bila awalnya Kingfisher dikenal sebagai maskapai kedua terbesar di India, maka penetrasi pasarnya melorot menjadi hanya 3,5 persen penetrasi terendah di India, sebelum akhirnya benar-benar tak beroperasi.
Kingfisher, sebenarnya mengatakan, sedang dalam pembicaraan dengan beberapa investor luar negeri seperti Etihad Airways, yang beroperasi dari Abu Dhabi. Meski demikian, para analis meragukan keterangan dari Kingfisher tersebut.
Bila awalnya Kingfisher dikenal sebagai maskapai kedua terbesar di
India, maka penetrasi pasarnya melorot menjadi hanya 3,5 persen
penetrasi terendah di India, sebelum akhirnya benar-benar tak
beroperasi.
No comments:
Post a Comment